LAZISWahdah.com – Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Jika kamu berada di sore hari, jangan menunggu pagi hari, dan jika engkau di pagi hari janganlah menunggu sore, manfaatkanlah masa sehat. Sebelum datang masa sakitmu dan saat hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. Bukhari)
Ini adalah sebuah kisah nyata yang terjadi pada seorang laki-laki dari madinah nabawiyah. Sewaktu lelaki tersebut usianya mendekati 48 tahun. Takdir Allah telah menentukan ia terkena penyakit gagal ginjal. Saat dia mengetahui kabar tersebut dia menerima dengan jiwa yang sabar dan penuh keimanan kepada Allah.
Setelah dokter mengabarkan bahwa dia terkena gagal ginjal, anak-anaknya pun mengkhawatirkan dirinya dan mereka berkata , “kami akan mendonorkan sebuah ginjal untukmu”, namun sang ayah menolak siapapun yang akan mendonorkan ginjalnya untuknya. Salah seorang teman anak-anaknya memberikan usul agar mereka pergi ke Mesir untuk membeli ginjal. Akan tetapi sang ayah benar-benar menolak usul tersebut. Setelah berulang kali dibujuk akhirnya sang ayah menyetujui usul tersebut.
Maka mereka pun pergi ke Mesir, disanalah kemudian dilakukan diagnose ginjalnya. Mereka membandingkan dengan diagnose para pendonor, namun sama sekali tidak ada yang sesuai. Setelah pencarian yang panjang, mereka mendapatkan pendonor yang sesuai dengan diagnosa sang bapak. Kemudian setelah tawar menawar penggantian ginjal antara pendonor dengan anak-anak bapak. Mereka mencapai kesepakatan dana hingga menedekati 15 ribu dollar (sekitar Rp140 juta). Anak-anaknya itu pun membayar tunai kepada pendonor sesuai kesepakatan.
Di pagi hari dilakukan operasi, sang bapak meminta untuk menemui sang pendonor. Maka anak-anaknya mengabarkan tidak usah diadakan pertemuan ini. Akan tetapi sang ayah memaksa untuk bertemu dan berterima kasih kepadanya. Setelah debat keras, akhirnya anak-anaknya pun menyetujuinya. Maka merekapun mengantarkan sang bapak kepada pendonor.
Disinilah yang mengagetkan, ternyata sang pendonor adalah seorang gadis berusia 17 tahun.
Sang bapak terpukul keras karena kejadian ini. Dia tidak pernah membayangkan bahwa sang pendonor adalah gadis seusia ini. Sementara itu, ia membayangkan kalu pendonornya adalah laki-laki tua. Di depan kejadian ini , sang bapak tidak mampu berkata-kata apapun. Namus setelah bebarapa saat dia bertanya kepada gadis tersebut:”apa yang memaksamu untuk mendonor?” Diapun menjawab: “kemiskinan.”
Jelaslah bagi sang ayah itu bahwa gadis ini menanggung dua saudara laki-laki dan satu saudari perempuannya yang kecil setelah kamatian kedua orang tuanya.
Setelah sang bapakmengetahui keadaan gadis tersebut dia berkata: ”Demi Allah, aku tidak melakukan operasi”.
Anak-anaknya diabuat kaget oleh sikap bapaknya.
Anak-anak itupun mencoba membujuk bapaknya, akan tetapi sang bapak menolak dengan keras.
Mereka mengabarkan bahwa dana telah dibayarkan, dan tidak mungkin memintanya kembali.
Maka sang bapak berkata: “siapa yang berkata bahwa aku akan memintanya kembali? Demi Allah, aku tidak akan mengambilnya, harta itu halal untuknya.
Sang bapak pun meminta kepada mereka untuk kembali dengan segera ke Saudi. Merekapun benar-benar sampai ke Madinah. Selang beberapa waktu mereka kembali ke Rumah Sakit bersama bapaknya untuk melihat perkembangan keadaannya. Terjadilah sebuah keadaan yang mengagetkan!!
Diagnosa menunjukkan bahwa sang bapak telah selamat dari kegagalan ginjal.
Sang bapak dan anak-anaknyapun merasa aneh, lalu mereka pergi ke Rumah Sakit lain untuk melakukan diagnosa, dan hasilnya adalah keselamatan sang bapak dari kegagalan ginjal.
Allah telah meyembuhkannya. Karena dia telah melepaskan kesulitan gadis tersebut, maka Allah mengeluarkannya dari kesulitan dan menyembuhkannya karena sebab gadis tersebut. Inilah takdir Allah Yang Maha Agung.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa melepaskan seorang mukmin dari kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan darinya kesusahan di hari kiamat, barang siapa memudahkan urusan (mukmin) yang sulit niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan menolong seorang hamba, selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya (Hadits Arba’in Imam an Nawawi no.36) []