Ayyas adalah putra Abu Rabiah atau Amru bin Mughirah, seorang tokoh dari suku Quraisy Bani Makhzum. Ibunya bernama Asma binti Makhramah, lebih dikenal sebagai Ummu Julas di kalangan Quraisy. Ummu Julas adalah ibu kandung dari Abu Jahal, seorang paman Rasulullah. Ayyas adalah saudara seibu Abu Jahal namun memiliki ayah yang berbeda.
Pada awalnya, Ayyas meragukan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Namun, setelah mendengar dan mempertimbangkan ajaran Islam dengan seksama, akhirnya ia memutuskan untuk masuk Islam.
Dalam perjuangannya menyebarkan ajaran Islam, bersama istrinya, Ayyas pernah berhijrah ke Habasyah (Ethiopia). Kemudian, ia kembali ke Makkah setelah mendengar tentang hijrah Rasulullah ke Madinah. Kepulangan Ayyas semata-mata untuk menyusul Rasulullah.
Saat hendak hijrah ke Madinah, Ayyas berencana berangkat bersama Umar bin Khaththab dan Hisyam bin Ash, dan mereka berjanji bertemu di lembah Tanadhub, 6 mil dari Makkah. Namun, rencana mereka terhambat karena Hisyam disiksa oleh kaum kafir Quraisy, sehingga mereka hanya berangkat berdua.
Setelah beberapa waktu tiba di Quba, datanglah Abu Jahal bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam, yang merupakan sepupu Ayyas, membawa kabar bahwa ibunya bersumpah tidak akan menyisir rambutnya dan menghindari matahari hingga mereka bertemu dengan Ayyas bin Abu Rabi’ah.
Tentu saja, ucapan mereka hanyalah tipuan untuk menipu Ayyas. Melihat Ayyas mulai terbujuk oleh perkataan Abu Jahal, Umar memperingatkan, “Kedua orang ini mencoba menipumu. Hati-hatilah. Jika ibumu merasa gerah, ia pasti akan menyisir rambutnya. Jika ia kepanasan, ia akan berteduh.”
Namun, Abu Jahal terus merayu adiknya agar kembali ke Makkah. Lama kelamaan, Ayyas tak lagi mencurigainya dan mantap untuk kembali menjenguk ibunya sekaligus mengambil harta yang tak sempat dibawanya.
Meski Umar berusaha menghalanginya, Ayyas tidak patah arang. “Ayyas, jika itu keinginanmu, bawalah unta ini. Unta ini jinak, gesit, dan cepat. Jangan pernah turun dari punggungnya. Jika kamu melihat gelagat mencurigakan dari mereka, segera pergi dengan unta ini.” Ucap Umar sembari mendoakan Ayyas mendapat lindungan Allah.
Namun, ketika dalam perjalanan, apa yang dikhawatirkan oleh Umar terjadi. Abu Jahal pura-pura menumpang unta Ayyas, dan Ayyas sama sekali tidak curiga. Akhirnya, Abu Jahal dengan mudah menangkap dan mengikatnya.
Mereka berdua menyeret Ayyas kembali ke Makkah. Sesampai di kota kelahirannya, Ayyas menjadi bulan-bulanan para algojo dari Bani Makhzum. Tidak ada dari orang Quraisy yang mau melindungi Ayyas, bahkan termasuk Ummu Julas.
“Siksalah dia, tapi janganlah kalian membunuhnya. Aku hampir tidak ingat bahwa aku memiliki anak bernama Ayyas,” kata Ummu Julas.
Ayyas kemudian ditahan bersama Hisyam bin Ash dan keduanya terus disiksa hingga beredar kabar bahwa mereka telah murtad. Namun, Rasulullah di Madinah tidak pernah melupakan mereka. Beliau terus berdoa agar Allah menyelamatkan Ayyas, Hisyam, dan seluruh kaum muslimin yang tidak dapat hijrah.
Akhirnya, Allah menurunkan surat Az-Zumar: 53-55 yang menyinggung tentang kondisi Ayyas dan sahabat-sahabatnya. Lewat ayat tersebut, Allah memerintahkan mereka agar tidak putus asa dari rahmat-Nya.
Setelah perang Badar, Rasulullah memerintahkan Walid, saudara kandung Khalid bin Walid yang telah masuk Islam, untuk menyelamatkan Ayyas dan Hisyam. Walid segera menjalankan misi tersebut dengan diam-diam. Setibanya di Makkah, Walid langsung menemui Asma, istri Ayyas saat itu sudah malam. Asma lalu membawanya ke tempat suaminya yang sedang disekap.
Dengan hati-hati, Walid menyusup ke dalam tahanan dan membebaskan Ayyas dan Hisyam dengan pedangnya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka berdua berlari meninggalkan tempat itu.
Asma sudah menunggu mereka di luar Makkah dengan perasaan campur aduk. Akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu datang. Namun, tak ada waktu bagi Asma untuk melepas rindu dengan suaminya. Mereka langsung bergegas menuju Madinah, satu-satunya tempat aman bagi mereka untuk menjaga iman.
Di masa kekhalifahan Amirul Mukminin Umar bin Al-Khattab, Ayyasy bin Rabi’ah pergi berjihad di jalan Allah. Ia berangkat bersama Al-Harits bin Hisyam yang dahulu bersama Abu Jahal pernah menyekap dan memenjarakannya. Mereka berdua tak ingin ketinggalan untuk meraih momen yang selama ini dinantikan. Seperti halnya orang Quraisy lainnya, Al-Harits bin Hisyam dan Ikrimah bin Abu Jahal juga ingin menebus dosa-dosa mereka di masa lampau.
Setelah perang yang dahsyat itu berakhir, dan kemenangan berada di pihak kaum Muslimin, Ayyasy bin Abu Rabi’ah, Al-Harits bin Hisyam, dan Ikrimah mengalami luka parah. Mereka sangat rindu untuk bertemu dengan Rasulullah.
Seseorang membawa air kepada Al-Harits bin Hisyam. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan yang sama. “Berikan dulu kepada Ikrimah,” kata Al-Harits. Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat Ayyasy bin Rabi’ah menengok kepadanya. “Berikan dulu kepada Ayyasy!” ujarnya. Ketika air minum didekatkan ke mulut Ayyasy, dia telah meninggal dunia. Orang yang memberikan air tersebut segera kembali kepada Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal.
Itulah keadaan mereka, sehingga air minum itu tidak ada yang bisa meminumnya, hingga akhirnya mereka semua mati syahid. Inilah contoh teladan yang paling indah tentang pengorbanan dan mengutamakan kepentingan orang lain. Semoga Allah melimpahkan kurnia dan rahmat-Nya kepada mereka bertiga.
Demikianlah artikel tentang ayyas bin abu rabiah. Anda juga dapat membaca artikel tentang sahabat.