Ilustrasi feminisme

Islam sering kali disudutkan sebagai agama yang mengekang kebebasan wanita. Padahal, risalah yang dibawa Rasulullah sangat menjunjung tinggi kedudukan perempuan. Bahkan kemuliaan tersebut telah diberikan kepada wanita, jauh sebelum munculnya ideologi feminisme.

Gencarnya istilah feminisme, seakan memberi angin sejuk bagi perempuan-perempuan abad ini. Powerfull ini mampu menuntut persamaan hak seperti yang didapatkan oleh laki-laki, sehingga menjadi sebuah landasan untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan itu sendiri.

Padahal sejatinya, ideologi feminisme justru masih jauh tertinggal dengan cara syariat memuliakan wanita. Jika feminisme menyuarakan posisi wanita yang dapat bersaing dan menjadi lawan pria, Islam justru memberikan posisi yang sejajar dan menjadi kawan pria. Islam memberikan kehormatan pada wanita bukan sekedar kebebasan.

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An-Nahl : 97).

Alih-alih menjaga wanita sebagaimana dalam Islam, feminisme  justru membebaskan wanita tanpa aturan. Alhasil, kasus kekerasan pada wanita justru bermunculan. Mereka tidak memahami bagaimana fitrah yang telah Allah tetapkan kepada pria dan wanita.

Lelaki itu akan selalu tertarik jika melihat wanita, dan wanita akan selalu menarik perhatian para lelaki dan itu tidak bisa di cabut dari fitrah keduanya. Oleh karenanya, Allah tetapkan segala aturanNya untuk menjaga kehormatan manusia, agar tetap hidup dengan aman dan nyaman.

Pemikiran feminisme tidak akan pernah sejalan dengan pemikiran Islam. Karena fitrahnya Islam itu menyelamatkan, sedangkan pemikiran manusia yang berasal dari nafsu seperti feminis ini hanya akan melahirkan kedzhaliman.

Di Negara islam, aturan yang diterapkan sesuai dengan agama Islam. Dimana dalam Islam, wanita sangat dimuliakan, dilindungi, dan terdidik dengan nilai-nilai Islam. Sehingga muslimah sejati dapat tenang mengerjakan aturan Allah, begitupun wanita yang beragama non-Islam. Mereka tetap dilindungi oleh negara. Sehingga tak pernah lahir gerakan pemberontakan dari kaum wanita atau feminisme di negara Islam.

Namun mirisnya saat ini, paham feminisme justru gencar dan didukung oleh negeri yang mayoritas Muslim. Cara masuknya halus dengan alasan yang sederhana, sebab Hak Asasi Manusia, maka tak sulit muslimah kita mendukungnya.

Tapi yang perlu di pahami bahwa feminisme itu bersebrangan dengan Islam. Karena Para Feminisme menganggap agama adalah doktrin, sedang dalam Islam agama dan kehidupan itu tak terpisahkan. 

Menghadapi isu yang telah dan sedang (terus) diaruskan seputar feminisme, ada semacam paham yang diaruskan, bahwa solusi problematika perempuan adalah dengan memberikan ruang pada perempuan dalam berbagai ranah. Inilah yang mereka suarakan, point soal Feminisme.

Sebenarnya, tidak ada jalan dalam sistem hari ini bagi para perempuan untuk memuliakan diri lewat jalan feminisme, sebab ia hanya akan semakin memperalat perempuan dengan pusaran sistemnya.

Pemberdayaan perempuan bukanlah semata dengan memberikan kedudukan kepada perempuan itu. Pemberian ruang pada perempuan seringkali dianggap sebagai solusi atas persoalan perempuan. Padahal tidak sedangkal itu. 

Dalam islam, Allah sejak dahulu telah memuliakan perempuan. Islam tidak membeda-bedakan laki-laki dan perempuan berdasar gender, melainkan karena ketaqwaan. Sebab menurut Allah, mulia itu bukan karena jenis kelamin, laki atau perempuan.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ

“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah di antara kalian, adalah yang paling bertaqwa” (Al Hujurat : 13) 

Feminis ingin diakui bahwa mereka memperjuangkan hak-hak perempuan. Kita akui memang perempuan banyak dizalimi di banyak peradaban, lebih-lebih dalam kapitalisme. Permasalahannya feminisme yang lahir dari rahim sekulerisme itu justru membuat kezaliman baru.

Feminis mengira ketinggian peradaban diukur dari partisipasi perempuan dalam pemerintahan, kabinet, parlemen, perkantoran. Menurutnya kepemimpinan laki-laki (Patriarki) harus dilawan. Padahal urusan kepemimpinan memang harus diserahkan ke laki-laki, bukan karena ia lebih tinggi, tapi karena itu memang jobdesnya.

Allah swt, bahkan telah mengatur hal ini dalam Al-Qur’an: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka perempuan yang shalehah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)” (QS. An-Nisaa : 34)

الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاء

Artinya : “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” (QS. An Nisaa : 34)

Istilahnya sudah terlalu mainstream apabila hal ini tidak dipahami perempuan itu sendiri. Ada berbagai jenis media yang mampu kita gunakan untuk memahamkan jati diri kita sebagai perempuan. Bahwa perempuan adalah keistimewaan dalam hidup, bahkan agama.

Perempuan tidaklah perlu memboyong kalimat “kesetaraan gender” jika ingin terhormat. Yang hanya perlu ditekankan adalah pemberian hak yang adil dan proporsional. Sebab adil bukan berarti sama; persis; setara.

Menyikapi feminisme, perempuan diharapkan tidak lagi menggalaukan persoalan diskriminasi. Kita seyogyanya senantiasa memperbaiki diri, fokus pada kesempatan mengakses segala ilmu pengetahuan dan teknologi. Hingga akhirnya, mampu memberi konstribusi yang tidak kalah hebat dibandingkan laki-laki. Baik itu terhadap bangsa, negara dan agama.

Melalui bidang-bidang yang kita geluti, baik sebagai ibu rumah tangga seutuhnya sekalipun. Sebab perempuan adalah sumber peradaban. Guru terbaik generasi terhebat. Anak-anak kita nanti tentu ingin dilahirkan dari rahim seorang perempuan yang cerdas. 

الاُمّ مدرسة الأُولى

“Ibu adalah madrasah pertama”

Janganlah bermimpi merongrong demi mendapatkan sesuatu yang lebih jika saja hal-hal kecil terlupakan begitu saja. Apakah hal kecil itu? Bahwa perempuan istimewa. Syukurilah kodrat yang telah melekat itu. Perempuan dan laki-laki telah memiliki bagiannya sendiri-sendiri.

Mari mengeceknya dalam QS. An-Nisaa : 32. “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. Karena bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan pun ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. Maha benar Allah dengan firman-Nya. 

Hal yang penting untuk dipahami bahwa ide kesetaraan gender tidak berasal dari Islam, dan Islam tidak melakukan penindasan dan pengekangan terhadap perempuan. Muslimah sejati pasti akan tetap berlindung kepada Allah, agar paham feminsime tidak memengaruhi keluarga dan sahabat-sahabat terdekat, Feminisme selalu berhasil memisahkan muslimah dari sang Maha Pencipta-Nya. Maka jadilah muslimah sejati yang selalu menguatkan keimananya kepada Allah.  Jadikanlah Islam sebagai satu-satunya solusi.

Penulis : Dian Rahmana Putri