Ilustrasi jangan biarkan setan tertawa

Kehidupan di dunia adalah pilihan bagi manusia untuk memilih jalan keimanan atau kemaksiatan, jalan menuju surga atau menuju kesengsaraan kepada pedihnya neraka Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam QS. al Insan: 3

إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا (2)

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir.

Maka dalam proses pilihan jalan tersebut setan memilih jalan kemaksiatan atas pembangkangannya kepada Allah atas perintah sujud kepada Adam, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al Kahfi ayat 50: 

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا (50) 

Ingatlah ketika Kami berkata kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam!’ maka mereka semua-pun sujud kecuali Iblis. Dia dari golongan jin dan membangkang dari perintah Allah.” (QS. Al-Kahfi: 50)

Asal Iblis adalah di antara jenis Jin yang taat beribadah kepada Allah mengisi bumi dan kemudian Allah memuliakan mereka dan mengangkatnya ke langit hidup bersama malaikat yang senantiasa taat atas segala perintah Allah.

Tapi ketika Allah menciptakan Adam, maka Iblis dikalahkan oleh sifat hasadnya kepada manusia atas apa yang Allah berikan kepada Adam. Maka Iblis pun berusaha untuk menjatuhkan Adam kepada larangan Allah untuk tidak memakan buah khuldi, hal tersebut terus dibisikkan Iblis sebagai penghalang untuk kekal dalam Surga tersebut.

Iblis berhasil menggoda Adam sehingga tersingkaplah auratnya setelah memakan buah tersebut. Disinilah awal pertarungan antara al haq & bathil, antara Adam dengan Iblis, antara manusia dengan Setan. Pertarungan abadi yang tak akan pernah padam. Allah mengabadikan hal ini dalam Qs. Thaha: 118-121

إِنَّ لَكَ أَلَّا تَجُوعَ فِيهَا وَلَا تَعْرَى (118) وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَى (119) فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَى شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَى (120) فَأَكَلَا مِنْهَا فَبَدَتْ لَهُمَا سَوْآتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِنْ وَرَقِ الْجَنَّةِ وَعَصَى آدَمُ رَبَّهُ فَغَوَى (121)

Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang, dan Sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya” kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi[948] dan kerajaan yang tidak akan binasa?”. Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.

Allah Ta’ala mengeluarkan Adam dan istrinya Hawa dari Surga. Begitupun Iblis akan ketidakpatuhannya atas perintah Allah. Permusuhan abadi Setan kepada manusia menjadi terkobarkan hingga hari kiamat. Namun sangat disayangkan jika manusia tidak mengetahui akan hakikat ikrar/janji dari keturunan Iblis tersebut. Sehingga sebagian mereka begitu mudah untuk terkalahkan. Na’udzubillah.

Hakikat pertarungan ini dilandasi sifat hasad dan dendam Iblis kepada Adam akan nikmat Allah yang dipandang  lebih dimiliki dari pada nikmat yang Allah berikan kepada Iblis, maka ujung dari kedua sifat tersebut adalah ketidaksyukuran Iblis atas apa yang Allah berikan, maka ia pun berupaya untuk menjadikan bani Adam menjadi golongan yang tidak bersyukur sebagaimana mereka, Allah mengatakan dalam Qs. Al-A’raf 16-17:

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17)

Artinya: Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).

Maka ketahuilah wahai bani Adam sungguh Setan sangatlah senang melihat kita lalai bahkan ketika bermaksiat kepada Allah, termasuk membuat kita malas dalam beribadah dengan banyak tidur dan menguap, dalam hadits yang disebutkan oleh Imam Bukhari disebutkan:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعُطَاسَ وَيَكْرَهُ التَّثَاؤُبَ فَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَحَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ سَمِعَهُ أَنْ يُشَمِّتَهُ وَأَمَّا التَّثَاؤُبُ فَإِنَّمَا هُوَ مِنْ الشَّيْطَانِ فَلْيَرُدَّهُ مَا اسْتَطَاعَ فَإِذَا قَالَ هَا ضَحِكَ مِنْهُ الشَّيْطَانُ

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Oleh karena itu bila kalian bersin lalu di memuji Allah, maka wajib atas setiap muslim yang mendengarnya untuk ber-tasymit (mengucapkan “yarhamukallah”). Sedangkan menguap itu dari setan, jika seseorang menguap hendaklah dia tahan semampunya. Bila orang yang menguap sampai mengeluarkan suara ‘haaahh’, setan tertawa karenanya.” (HR. Bukhari 6223)

Kondisi lain dimana menguap adalah sesuatu yang tidak terpuji adalah ketika menguap dalam shalat, dalam riwayat Tirmidzi disebutkan

التثاؤب في الصلاة من الشيطان فإذا تثاءب أحدكم فليكظم ما استطاع

Menguap ketika shalat itu dari setan. Apabila kalian menguap, tahanlah semampunya.” (HR. Turmudzi dan dia menilai hadis hasan shahih, sanadnya sesuai syarat shahih Muslim).

Apabila tidak mampu menahan, maka tutuplah mulut dengan meletakkan tangannya pada mulutnya, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فِيْهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ

“Apabila salah seorang di antara kalian menguap maka hendaklah menutup mulut dengan tangannya karena setan akan masuk (ke dalam mulut yang terbuka).” [HR. Muslim no. 2995 (57) dan Abu Dawud no. 5026].

Dalam perkara-perkara yang kadang kita anggap remeh dan kita tidak anggap sebagai pelanggaran tersebut telah membuat setan tertawa maka apatah lagi untuk perkara atau maksiat yang lebih besar dari itu.

Semoga Allah menjauhkan kita dari segala tipu daya setan begitupun anak keturunan kita, karena setiap kelalaian bahkan kemaksiatan kita kepada Allah adalah kebahagiaan bagi Setan atas keberhasilan visi yang mereka ikrarkan kepada Allah Azza wa Jalla. ونعوذ بالله من الشيطان الرجيم

Oleh : Ustadz Askar Fatahuddin, S.Si.