• Hanya di surga kita merasakan bahagia tanpa duka. Seluruhnya gembira.
وَقَالُوا الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَۗ اِنَّ رَبَّنَا لَغَفُوْرٌ شَكُوْرٌۙ ﴿٣٤﴾ الَّذِيْٓ اَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهٖۚ لَا يَمَسُّنَا فِيْهَا نَصَبٌ وَّلَا يَمَسُّنَا فِيْهَا لُغُوْبٌ ﴿٣٥﴾
Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sungguh, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri, yang dengan karunia-Nya menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga); di dalamnya kami tidak merasa lelah dan tidak pula merasa lesu.” (Q.S. Fathir: 34-35)
• Maka, berhenti memimpikan kehidupan bahagia di dunia yang utuh tanpa cela. Imam Abu Hazim Salamah bin Dinar rahimahullah berkata,
ما في الدنيا شيء يسرك، إلا قد التصق به شيء يسوؤك
“Di dunia ini, segala yang membahagiakan pasti beriring dengan kepedihan.”
📖 Az-Zuhdu karya Ibnu Abid Dunya, 387