Ilustrasi kelelahan dunia

 “Tidak ada seorang pun yang datang membawa persis seperti yang engkau bawa, melainkan ia pasti akan dimusuhi.” 

Begitulah pesan Waraqah bin Naufal kepada Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau dibawa oleh ibunda kita, Khadijah radhiyallahu ‘anha, usai menerima wahyu pertamanya.

Jalanmu akan berat, wahai Muhammad!

Jalanmu pastilah tidak mudah, wahai Muhammad!

Jalanmu tentulah sangat melelahkan…

Kita pun membaca: bagaimana beliau diintimidasi oleh kaumnya sendiri. Dilecehkan dan dihinakan. Dilempari batu orang sekampung. Hingga akhirnya harus terusir meninggalkan kampung halamannya sendiri.

Sungguh sebuah kenyataan hidup yang melelahkan…

*** 

Maka sepeninggal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun, kenyataan itu akan terus berulang di sepanjang sejarah. Siapapun yang ingin mengikuti jejak beliau yang sejati, haruslah siap dengan semua kenyataan yang melelahkan itu.

Terhina. Tersakiti. Terintimidasi. Terluka. Terusir. Bahkan mungkin terbunuh.

Tapi inilah kelelahan yang akan membahagiakanmu.

Inilah keletihan yang membukakan pintu-pintu surga untukmu.

Jika engkau tak pernah melintasi dan mencicipi rasa lelah ini, rasanya kebahagiaan sejati akhirat takkan mungkin engkau kecap dan rasakan.

Inilah Ta’ab al-Su’adaa’. Kelelahannya manusia-manusia yang akan bahagia di akhirat.

*** 

Tapi apakah mereka saja yang merasakan kelelahan dunia ini?

Apakah hanya mereka yang menghabiskan malamnya dalam sujud-sujud panjang saja yang kelelahan?

Apakah mereka yang berjuang keras menundukkan nafsunya saja yang dihinggapi keletihan itu?

Kenyataannya, semua manusia yang telah ditakdirkan hidup di dunia ini haruslah merasakan lelah dan letih itu. Sebab begitulah karakteristik utama kehidupan dunia ini. Letih dan melelahkan.

Bertanyalah kepada mereka yang hanya sibuk memikirkan bisnis dan karirnya, apakah mereka tidak lelah dengan itu?

Bertanyalah kepada mereka yang hanya sibuk dengan maksiat demi maksiat dan kesenangan demi kesenangan; tidak letihkah mereka dengan itu semua?

Bahkan, tanyakanlah kepada mereka yang kerjanya tidur saja sepanjang hari; apakah mereka tidak capek dengan itu?

Mereka pun merasakan kelelahan dunia ini. Tapi inilah Ta’ab al-Asyqiya’. Kelelahannya manusia-manusia yang sengsara di akhirat. Lelah di dunia, sengsara di akhirat.

*** 

Pada akhirnya, kitalah yang memilih: kelelahan dan keletihan apa yang akan kita jalani? Letih dan lelah yang berakhir bahagia, atau letih dan lelah yang berujung penyesalan dan kesengsaraan di akhirat.

Wallaahul Musta’aan.

Makassar, Syawal 1435 H

Muhammad Ihsan Zainuddin