Kisah Al-Baqilany Membungkam Raja Romawi
LAZISWahdah.com
– Abu Bakr al-Baqilany –rahimahullah Ta’ala– termasuk ulama besar di masanya. Raja Iraq memilihnya dan mengirimnya pada tahun 371 H untuk berdialog dengan Nashara di Konstantinopel.Ketika raja Romawi mendengar kedatangan Abu Bakr al-Baqilany maka dia menyuruh para pengawalnya agar mengurangi tinggi pintu agar al-Baqilany terpaksa masuk dengan menundukkan kepala dan badan seperti ketika rukuk sehingga al-Baqilany seperti merendahkan diri di hadapan raja Romawi dan para pengawalnya.

Ketika al-Baqilany tiba maka beliau mengetahui adanya siasat tersebut. Maka beliau memutar badan ke belakang dan membungkuk seperti rukuk lalu masuk dengan berjalan ke arah belakang sambil mengarahkan leher belakangnya ke arah raja sebagai dan bukan wajahnya. Di sinilah Raja mengetahui bahwa di hadapannya ada bencana besar.

Al-Baqilany -rahimahullah- masuk lalu menyampaikan ucapan penghormatan untuk mereka, namun beliau tidak mengucapkan salam kepada mereka karena adanya larangan dari Rasulullah shallallahu alaihi was sallam agar tidak mendahului mengucapkan salam kepada Ahli Kitab.

Kemudian beliau menoleh kepada pendeta terbesar dan berkata kepadanya: “Bagaimana keadaan Anda dan anak istri?”

Mendengar hal itu maka Raja marah dan mengatakan: “Apakah engkau tidak tahu bahwa para pendeta kami tidak menikah dan tidak memiliki anak?!”

Al-Baqilany menjawab: “Allahu akbar. Kalian mensucikan para pendeta kalian dari pernikahan dan anak-anak, kemudian kalian menuduh Rabb kalian telah menikahi Maryam dan melahirkan Isa!”

Maka Raja semakin naik pitam kemudian mengatakan: “Lalu apa pendapatmu tentang apa yang dilakukan oleh Aisyah?!”

Al-Baqilany menjawab: “Jika Aisyah radhiyallahu anha telah dituduh dengan tuduhan dusta dan keji (dituduh oleh orang-orang munafik dan Rafidhah), maka sungguh Maryam pun telah dituduh seperti itu juga (dituduh oleh Yahudi), namun keduanya adalah wanita suci (dari perbuatan keji -pent). Hanya saja Aisyah menikah namun tidak memiliki anak. Adapun Maryam melahirkan tanpa menikah. Jadi manakah dari keduanya yang lebih pantas dituduh secara bathil, dan alangkah jauhnya beliau berdua -radhiyallahu anhuma- dari tuduhan itu?!”

Maka Raja pun semakin bingung, lalu dia mengatakan: “Apakah nabi kalian dahulu ikut berperang?”

Al-Baqilany menjawab: “Ya.”

Raja bertanya lagi: “Apakah dia berperang di depan pasukan?”

Al-Baqilany menjawab: “Ya.”

Raja bertanya lagi: “Apakah dia pernah menang?”

Al-Baqilany menjawab: “Ya.”

Raja bertanya lagi: “Apakah dia pernah kalah?”

Al-Baqilany menjawab: “Ya.”

Maka Raja mengatakan: “Aneh sekali, nabi kok kalah!”

Maka al-Baqilany menimpali: “Apakah ada sesembahan yang disalib?!”

Akhirnya terbungkamlah orang kafir itu.[]

—-
(Tarikh Baghdad, jilid 5 hal. 379. Majmu’ah an-Nahjul Audhah)
Sumber : Albalaghmedia.com

Tinggalkan Balasan