I’tikaf, ibadah khusus yang dilakukan di masjid, sering kali dianggap sebagai suatu amalan yang sangat mulia dalam agama Islam. Banyak orang yang menghabiskan waktu di dalam masjid selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, menjauhkan diri dari dunia luar untuk mencari kedekatan dengan Allah. Namun, sebuah hadis menarik dari Nabi Muhammad ﷺ memberikan pandangan yang menarik terkait keutamaan amalan yang lebih utama dari i’tikaf di Masjid Nabawi.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Umar, Nabi ﷺ bersabda,
أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ , وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ , أَوْ تَكَشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً , أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا , أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا , وَلأَنْ أَمْشِيَ مَعَ أَخِ فِي حَاجَةٍ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ يَعْنِي مَسْجِدَ الْمَدِينَةِ شَهْرًا
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini – Masjid Nabawi – selama sebulan penuh.”
Hadis ini mengajarkan kepada kita bahwa ketulusan dan kebaikan dalam membantu dan memperhatikan orang lain memiliki nilai yang lebih besar di hadapan Allah daripada melakukan i’tikaf di salah satu tempat paling suci di dunia, yaitu Masjid Nabawi.
Meskipun i’tikaf adalah amalan yang dianjurkan dan sangat baik, Nabi ﷺ menggarisbawahi pentingnya memberikan manfaat kepada sesama muslim dan meringankan penderitaan mereka.
Pada dasarnya, kebaikan dalam berinteraksi dan membantu sesama muslim memiliki dampak yang lebih luas dan lebih mendalam dalam membangun hubungan sosial yang baik dan memperkuat persaudaraan umat Islam.
Ketika kita berusaha membuat orang lain bahagia, menghilangkan kesusahan mereka, membantu mereka melunasi utang, atau bahkan memberi makan mereka yang kelaparan, kita memperoleh keberkahan dari Allah dan mendapatkan cinta-Nya.
Dalam konteks ini, beri’tikaf di Masjid Nabawi selama sebulan penuh mungkin memberikan kesempatan untuk beribadah dengan lebih intensif dan mendapatkan ketenangan spiritual. Namun, keutamaan dari membantu orang lain dan menjalani kehidupan sosial yang bertanggung jawab adalah lebih utama di hadapan Allah. Melalui tindakan nyata dan kepedulian terhadap sesama muslim, kita menghadirkan nilai-nilai Islam yang mulia dalam kehidupan sehari-hari.
Pesan yang dapat kita ambil dari hadis ini adalah pentingnya menjadikan kemanusiaan sebagai fokus utama dalam tindakan kita. Menolong, menghibur, dan membantu sesama muslim harus menjadi prioritas dalam kehidupan kita. Ketika kita menghargai dan memperhatikan kebutuhan orang lain, kita mencerminkan ajaran Islam yang menganjurkan kasih sayang, solidaritas, dan saling peduli di antara umat.
Tentunyadalam konteks melakukan i’tikaf di Masjid Nabawi atau di masjid mana pun, tidak ada yang salah atau buruk. I’tikaf tetap merupakan amalan yang dianjurkan dan memiliki nilai kebaikan tersendiri. Namun, hadis ini mengingatkan kita agar tidak melupakan aspek sosial dan kemanusiaan dalam praktik ibadah kita.
Sebagai umat Muslim, kita harus menyadari bahwa agama Islam tidak hanya berfokus pada hubungan vertikal antara individu dengan Allah, tetapi juga memperhatikan hubungan horizontal antara individu dengan sesama manusia. Dalam Islam, cinta dan kasih sayang terhadap sesama muslim adalah bagian integral dari ibadah dan ketaatan kepada Allah.
Oleh karena itu, meskipun beri’tikaf di Masjid Nabawi atau tempat suci lainnya adalah pengalaman spiritual yang mengagumkan, kita juga harus tetap terlibat secara aktif dalam memberikan manfaat kepada orang lain, membantu mereka dalam kesulitan, dan berusaha membuat mereka bahagia.
Kebaikan yang kita lakukan kepada sesama muslim tidak hanya akan memberikan manfaat langsung bagi mereka, tetapi juga akan mendatangkan keberkahan bagi kita sendiri.
Dalam mengamalkan pesan dari hadis ini, kita dapat terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, seperti membantu yatim piatu, memberikan sumbangan bagi yang membutuhkan, berpartisipasi dalam program pemberdayaan masyarakat, atau terlibat dalam gerakan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup umat manusia.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kita dapat mempraktikkan sikap empati, kasih sayang, dan kepedulian terhadap sesama muslim. Hal-hal kecil seperti memberikan senyuman, memberikan kata-kata semangat, atau menawarkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan dapat memiliki dampak yang besar dalam membentuk hubungan yang baik antara sesama muslim.
Dengan memadukan ibadah spiritual seperti i’tikaf dengan pengabdian sosial, kita menciptakan keseimbangan yang sehat dalam kehidupan kita. Kita dapat menjalankan ibadah dengan ikhlas dan mendekatkan diri kepada Allah, sambil tetap memperhatikan kebutuhan dan kesejahteraan orang-orang di sekitar kita.
Akhir kata, i’tikaf di Masjid Nabawi atau di tempat suci lainnya adalah suatu pengalaman yang luar biasa. Namun, lebih penting lagi adalah menjadikan kemanusiaan, kepedulian, dan kebaikan terhadap sesama muslim sebagai landasan dalam hidup kita. Dengan demikian, kita dapat menjadi manusia yang dicintai oleh Allah dan mampu memberikan manfaat yang nyata bagi umat manusia.
Demikianlah artikel tentang amalan yang lebih utama dari i’tikaf di masjid nabawi ini. Anda juga dapat membaca hadis-hadis lainnya.