PEGANGAN, SEKALIGUS PENENANG
Ketika engkau cukup lama menjalani sesuatu, akan datang satu masa saat engkau kehilangan makna. Bingung, hampa, kosong, seolah berjalan tanpa arah dan tujuan. Kamu seolah-olah tersesat, tak ada pelita, gulita dalam kesendirian. Tak ada yang bisa bantu, menyendiri, ingin teersiksa
Maka kebosanan akan segera menghampiri, kelesuan dan rasa malas pun tak terelakkan. Jangankan semangat, sekedar normal saja sudah sulit untuk dipertahankan. Kita terjebak dalam rasa yang tak pasti. Duri-duri kesempitan merajam akal dan nurani. Mungkin inilah momennya. Saatnya berbenah, untuk menata hati menjadi lebh baik
Benarlah tutur Sang Bijak, dunia ini seperti air yang diseberangi. Panjang tempuhannya, lama jelajahnya, tapi selama kita ada diatas air, maka kita akan selamat, semua baik-baik saja. Berbeza, disaat perahu kita koyak sedikit. Air menimbun perahu utuh, membuat para penumpangnya tenggelam tak selamat
Inilah hakikat petunjuk Al-Qur’an. Ia adalah pegangan. Penerang sekaligus penenang. Tak ada yang lebih pasti dan abadi, selain mengikuti petuahnya. Nasehatnya, semua yang ditulis diatasnya
Mungkin saat ramai kita masih bisa terlihat bahagia, tapi kita tahu siapa diri kita saat kita sendiri. Hanya masalah waktu saja sampai kita membenci keramaian yang menipu. Maka lembar-lembar wahyu di Al-Qur’an memegang erat jiwamu. Menyelamatkan, hingga ke akhirat
…………….
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al Isra’: 9)
@wahdahinspirasizakat | www.wiz.or.id | www.sedekahplus.com