Saat Masalah Menyesakkan Dada

Oleh: Ustadz Muhammad Ode Wahyu

LAZISWahdah.com – Semua kita tentu punya masalah. Masalah itu kadang kala terasa amat menyesakkan dada. Saat mengalaminya, dada bagai ditindih oleh beban yang amat berat, hati bagi tersayat-sayat pisau yang amat tajam, sakit, sesak, perasaan tercampur aduk hingga kita tak kuasa menahan untuk meneteskan air mata.

Tapi, itulah hakikat kehidupan dunia. Ia hanyalah tempat cobaan dan tempat mempersiapkan bekal untuk kehidupan yang tak terdapat kematian padanya. Siapa yang menyadarinya, niscaya dia akan selamat. Adapun orang-orang yang lalai darinya, maka mereka telah mengarahkan langkah kakinya menuju lembah kebinasaan yang kekal, wal’iyadzu billah.

Ujian kehidupan dunia ini tidak hanya menimpa kita, namun juga menimpa para Nabi dan Rasul. Dari kisah-kisah mereka itu, hendaklah kita memngambil ibrah dan pelajaran dalam menghadapi musibah, sebab mereka adalah teladan yang sempurna dalam menghadapi rumitnya ujian dunia, terkhusus Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Allah Azza wajalla pernah mengajari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beberapa saolusi dalam menghadapi masalah. Hal itu tertuang dalam firman-Nya yang mulia. Allah Azza wajalla berfirman:

وَلَقَدۡ نَعۡلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدۡرُكَ بِمَا يَقُولُونَ ٩٧ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ ٩٨  وَٱعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأۡتِيَكَ ٱلۡيَقِينُ ٩٩

“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat) dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”. (Terjemahan QS. Al-Hijr: 97-99)

 

Pada ayat-ayat tersebut terdapat beberapa faidah yang mulia yang mengandung beberapa solusi dalam menghadapi masalah:

  1. Ayat ini menunjukkan betapa bahayanya lisan. Salah satu penyebab hati terasa sesak adalah karena mendengarkan ucapan yang tidak kita senangi. Oleh karenanya, hendaklah seseorang berusaha untuk menjaga lisannya, sebab kadang kala seseorang mengucapkan kalimat yang ia anggap sebagai candaan, namun perkataan itulah yang justru menyakiti hati saudaranya.
  2. Ketika kita mendapatkan masalah yang terasa menyesakkan dada itu, ada kalanya kita butuh tempat bersandar untuk menceritakan semua keluh kesah yang kita rasakan dan menucurhatkan seluruh isi hati yang terpendam. Berharap dengannya kita mendapat solusi dari masalah yang kita hadapi itu. Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang lebih baik sebagai tempat bersandar itu melainkan Allah Azza wajalla, karena Dia memberi solusi yang tak sekedar janji, Dia mengetahui apa yang sedang dirasakan oleh hati, sebab Dialah Sang Empunya hati. Berbeda dengan manusia, kala seseorang mencurhatkan masalahnya kepada manusia, mengeluhkan besarnya masalah yang dihadapinya, hal itu kadang tidak memberikan solusi, justru memuka pintu masalah baru bahkan menjatuhkan harga dirinya di hadapannya. Ini merupakan solusi pertama yang al-Qur’an berikan dalam menghadapi masalah
  3. Solusi kedua adalah bertasbih, yaitu menyucikan Allah. Allah memerintahkan kita bertassbih saat mendapat ujian agar terbangun keyakinan dalam hati kita bahwa masalah yang sedang dihadapi merupakan bagian dari pengaturan Allah yang dibangun atas luasnya kasih sayang-Nya, dimana kadang hal itu tidak dipahami oleh akal manusia.
  4. Solusi ketiga adalah bertahmid, yaitu memuji Allah. Ketika seseorang mendapat musibah, sebenarnya ia sedang mendapat berbagai nikmat dari Allah yaitu nikmat pengampunan dosa dan pengangkatan derajat. Tentu saja, seseorang akan merasa bahagia kala mengetahui bahwa Allah mengampuni dosanya yang dapat menghalinginya dari masuk ke dalam surga.  Oleh karenanya, setiap muslim diperintahkan untuk selalu memuji Allah pada setiap keadaan. Seorang yang menyadari itu, ia tidak akan teramat sedih, hatinya yang sesak akan berangsur menjadi lapang dan kesedihannya akan diimbagi oleh rasa bahagia. Hal ini menunjukkan ia ridha dengan ketetapan Allah yang semakin meninggikan derajatnya di sisi Allan dan akan menjauhkan dirinya dari putus asa, pesimis stres bahkan gila.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata: “Barangsiapa meyakini bahwa perbuatan Allah semuanya adalah kebaikan, maka ia akan merasa tenang atas apa yang Allah takdirkan padanaya dan akan menerimanya dengan penerimaan yang sempurna. Ia akan menjadi seperti apa yang difirmankan Allah (yang artinya) “Siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan berikan hidayah pada hatinya” (QS. Al-Taghabun: 11).  Alqamah berkata, “Maksudnya adalah seseroang yang mendapat musibah namun dia mengetahui musibah ini adalah dari Allah, maka iapun ridha dan menerimannya”. Maka siapa saja dari kalangan manusia yang ridha dengan sebenar-benarnya pada ketetapan Allah, niscaya ia akan terbebas dari kesedihan”.( Syarh al-Arbain al-Nawawiyah: 99)

  1. Solusi berikutnya ketika seseorang mendapat masalah adalah sujud kepada-Nya. Hal ini selain sebagai bentuk ketundukkan seorang hamba pada ketetapan Allah, ia juga menjadi amalan yang dapat merubah musibah itu. Sebab padanya jarak yang paling dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya. Disini Allah menyiratkan untuk tunduk, tenang pada ketetapan itu, mengembalikan semua kepada-Nya dan meminta agar Allah merubah keadaannya. Sebab tidak ada yang dapat merubah semua masalah dan musibah itu kecuali Dia Sang Penguasa Alam.
  2. Solusi keenam adalah istiqamah, baik terhadap keimanan maupun dalam menjalankan solusi-solusi yang telah dikemukakan al-Qur’an sebelumnya. Firman Allah, “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)” menyiratkan pesan bahwa ujian itu akan senantiasa datang hingga ajal menjemput.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ujian itu akan senantiasa menimpa seorang mu’min dan mu’minah pada jiwa, anak-anak dan hartanya hingga ia bertemu pada Allah dalam keadaan tidak memiliki dosa sedikitpun” (HR. Tirmidzi).[]

Sumber : Majalah SEDEKAH PLUS

Tinggalkan Balasan