Ilustrasi sejarah kopi

Sejarah kopi bermula dari kisah abad ke-17. Hari itu di Eropa, orang-orang ramai berkumpul untuk mengadili serta memutuskan status suatu minuman yang dibawa dari negeri Islam. Minuman itu berwarna hitam pekat. Kuat rasanya. Dan pahit di lidah. Tapi dapat memberi tenaga bagi yang minum. 

Pasalnya, minuman hitam itu dalam waktu yang tidak begitu lama mampu tersaji ke dalam gelas-gelas penduduk Eropa. Ia bahkan dengan cepat menggantikan minuman alkohol (bir) yang biasa mereka teguk sehari-hari.

Para pendeta telah melarang orang-orang Kristen Eropa untuk meminumnya. Haram! Ia adalah satan’s drink, minuman setan. Namun tampaknya tidak semua setuju, sehingga permasalahan ini membuat seorang Paus Clement VIII harus turun tangan. 

Sebelum memutuskan status ‘minuman setan’ itu, sang Paus terlebih dahulu mencicipinya. Hasilnya, ia jatuh hati padanya. Paus pun memutuskan membaptis minuman tersebut agar terlepas dari hal-hal yang jahat, karena ia berasal dari negeri “musuh”. “Sekarang minuman ini minuman kita,” ucapnya setelah melakukan pembaptisan.

Setelahnya, minuman tersebut semakin disukai penduduk Eropa. Kedai-kedai yang menyajikan minuman itu bermunculan di berbagai kota di Eropa. 

Ya, minuman itu adalah kopi (Arab: qahwah). Coffee dalam pelafalan Inggris. Orang Italia menyebutnya caffe. Sedangkan di Prancis ia disebut café

Baca juga: Nusaibah, Wanita Sebanding Seribu Laki-laki

Dari Arab ke Turki

Meski pada umumnya kita mengenal Brasil sebagai Negara penghasil kopi terbesar di dunia. Dan juga mengenal Italia dengan cappuccino dan espresso-nya, sebenarnya kopi bukanlah berasal dari negeri-negeri tersebut. Faktanya, kopi berasal dari negeri Islam. Dan belum ada teori yang menyebutkan bahwa ia berasal dari Eropa atau Amerika.

Kisah paling klasik tentang sejarah kopi menyebutkan, kopi awalnya ditemukan oleh penggembala Ethiopia yang melihat kambing-kambing gembalaannya memakan biji-bijian mirip beri liar. Setelah memakannya, kambing-kambing itu jadi makin aktif bahkan sampai tidak tidur semalaman. Ia kemudian membawa pulang biji-bijian itu, merebus dan meminumnya.

Kisah lainnya tentang sejarah kopi yang dipercaya, bahwa kopi berasal dari Yaman. Konon, para ahli ibadah dari kalangan kaum sufi di Yaman rajin mengonsumsi minuman hitam tersebut agar tetap terjaga semalaman sehingga bisa tetap beribadah sampai subuh.

Kopi kemudian tersebar di Jazirah Arab. Termasuk Mekkah. Orang Arab menyebut biji kopi dengan “al-bunn”, sedangkan minuman kopi mereka sebut al-qahwah. Qahwah berasal dari kata qahiah, dapat berarti “menghilangkan selera makan” (to lose one’s appetite). Sebab, orang-orang Arab jika telah meminum kopi, mereka tidak ingin lagi makan setelah itu.

Dari tanah Arab, selanjutnya kopi menyeberang ke Turki Utsmani pada penghujung abad ke-15. Masyarakat Turki Utsmani sangat mencintai kopi. Karena orang-orang Turki cukup kesulitan melafalkan huruf “wau”, maka mereka menyebut qahwah  dengan “kahvah”, kemudian ia menjadi “kahveh”.

Ada yang menyebutkan bahwa jika orang Arab menyukai (like) kopi, maka orang Turki Utsmani mencintai (love) kopi. Seorang laki-laki atau suami tidak hanya harus menyediakan rumah, makanan, dan pakaian bagi istrinya. Mereka juga harus menyediakan kopi. Jika tidak, itu bisa menjadi alasan sang istri menceraikannya. Dan para ahli fiqih Utsmani memutuskan bahwa para suami memang harus memenuhi kebutuhan sang istri berupa kopi dalam rumahnya. Umumnya orang-orang Turki menikmati kopi dengan cara memasaknya menggunakan ibrik (pot khas Turki). Budaya seperti ini masih berlaku hingga hari ini.

Kecintaan orang-orang Turki Utsmani pada kopi menyebabkan munculnya kedai kopi pertama di dunia. Kedai kopi pertama tercatat dalam sejarah pada tahun 1475 bernama Kiva Han, terletak di Konstantinopel (Istanbul). Kedai kopi ini menjadi coffee shop pertama yang dibuka dan melayani pengunjung dengan kopi khas Turki.

Dari orang-orang Turki kopi sampai ke Eropa. Saat melakukan ekspansi ke Eropa para prajurit Utsmani membawa serta minuman kopi. Dalam peperangan tentara Utsmani tidak selalu menang. Saat kalah di Austria, mereka kembali ke Turki dengan meninggalkan banyak pasokan kopi. 

Franz Georg Kolschitzky mendapati kopi-kopi itu dan mengklaimnya sebagai rampasan perang. Kolschitzky pernah beberapa waktu tinggal di Turki sehingga ia mengetahui betapa berharganya minuman tersebut. Ia pun membuka kedai kopi pada 1529, yang menjadi kedai kopi pertama di Eropa. Ia menyajikan ide minum kopi dengan krim dan gula. Dari situ, mulai bermunculan kedai-kedai kopi lainnya di Eropa. Di Inggris kedai kopi baru dibuka pada 1652.

Baca juga: Dinasti Mamluk dalam Pentas Sejarah

Kedai Kopi: Ide-ide Besar Bermula

Kedai kopi, dari sekadar tempat orang-orang mencicipi secangkir kopi, menjadi tempat para pemikir berkumpul membincangkan kondisi terkini, membahas ide-ide, bahkan perlawanan. Di kawasan pasar seni Khan El-Khalili, terdapat kedai kopi (Kafe) yang sangat populer di awal abad 20. Syaikh Jamaluddin Al-Afghani, Umar Makram, Syaikh Al Basyari, dan Abdullah Nadim sering terlibat diskusi hangat di kedai tersebut. Naguib Mahfouz peraih Nobel Sastra 1988 juga melahirkan beberapa karya di tempat itu.

Adapun di Eropa, Inggris khusunya, menyebut kedai kopi mereka dengan sebutan penny universities karena harga kopinya dan para pebisnis papan atas sering nongkrong di sana. 

Ada kisah menarik. Pada masa Revolusi Industri di Inggris, buruh diberi upah rendah sementara jam kerja sangat panjang. Mereka tidak mampu membeli makanan yang pantas untuk makan siang. Sebagai pengganti, mereka meminum kopi di jam makan siang. Konon, dari sinilah lahir istilah “coffee break”.

Di Jerman pada 1777, Raja Frederick sempat melarang rakyatnya meminum kopi karena berdampak pada menurunnya penjualan bir. Tentu saja keputusan sang raja mendapatkan penolakan dari banyak masyarakat sehingga keputusan tersebut ditarik.

Hari ini, kita temukan jutaan orang menikmati kopi di pagi hari, siang, hingga malam hari. Tanpa kita sadari bahwa minuman tersebut adalah minuman khas peradaban Arab-Islam. Sebagaimana Italia khas dengan pizzanya atau Jepang dengan sushinya.

Demikianlah artikel tentang sejarah kopi ini. Baca juga artikel tentang sejarah islam lainnya di sini. Semoga bermanfaat!