Tolak Bala Berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah

Artikel ini akan membahas tolak bala berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Sebelum itu, juga akan dibahas ritual tolak bala yang mengandung kesyirikan dan ritual tolak bala yang bid’ah.

Bala (cobaan) adalah sesuatu yang pasti terjadi pada manusia. Ia merupakan ketetapan Allah yang menjadi sarana bagiNya untuk mengklasifikasikan manusia sesuai tingkat keimanannya, kesabarannya dan untuk membedakan siapa yang paling baik amalannya.

Beragamnya jenis bala yang Allah tetapkan baik berupa bencana alam, kecelakaan atau perkara lainnya, sering kali membuat banyak manusia merasa takut. Akhirnya, mereka mengadakan berbagai ritual yang bertujuan untuk menolak bala itu. Jika diperhatikan, praktek ritual tolak bala yang dilakukan oleh sebagian masyarakat sangat beragam bentuknya. Oleh karenanya, hukum ritual-ritual tersebut secara syar’i juga berda-beda, sesuai illah (sebab) yang ada pada masing-masing ritual tersebut.

Ritual Tolak Bala Yang Mengandung Unsur Kesyirikan

Dari beragam ritual tolak bala yang dilakukan oleh sebagian masyarakat, tidak sedikit darinya yang mengandung unsur kesyirikan. Perbuatan ini tentu saja tidak akan mampu menolak bala, melainkan akan mengundang murka Allah yang dapat mendatangkan azabNya. Para pelaku ritual ini bisa dikatakan sebagai musyrik, jika telah sampai pada mereka dakwah pemurnian ibadah hanya kepada Allah semata (tauhid), mereka bukanlah orang-orang yang kehilangan akal, tidak ada syubhat pada mereka dan tidak ada orang lain yang memaksa mereka untuk melakukan ritual tolak bala yang mengandung kesyirikan itu.

Syirik merupakan dosa yang paling besar dari seluruh dosa. Pelakunya tidak akan diampuni oleh Allah jika ia meninggal dunia dalam keadaan melaksanakannya. Artinya, seorang manusia yang meninggal dunia dalam keadaan berbuat syirik akan hidup kekal di dalam neraka hanya untuk merasakan azab.

Suatu ritual dikatakan sebagai ritual kesyikirkan atau mengandung unsur kesyirikan, jika pada ritual tersebut dilakukan penyembahan pada selain Allah, atau mempersembahkan sesuatu pada selain Allah berupa makanan, minuman, pakaian dan lainnya dengan keyakinan bahwa hal itu dapat mendatangkan manfaat dan dapat mencegah terjadinya bala, atau dengan beristi’adzah memohon perlindungan pada selain Allah Azza wajalla, seperti pada jin ataupun dewa-dewi.

Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh rahimahullah berkata: “Merupakan kesyirikan jika seseorang meminta perlindungan pada selian Allah”. ( Fathul Majid: 1390

Hal seperti ini merupakan perbuatan syirik yang terjadi di masa jahiliyah. Sayangnya, sebagian orang saat ini ingin menghidupkannya kembali dengan alasan melestarikan kebudayaan.

Ketika mengomentari firman Allah Azza wajalla:

وَأَنَّهُۥ كَانَ رِجَالٞ مِّنَ ٱلۡإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٖ مِّنَ ٱلۡجِنِّ فَزَادُوهُمۡ رَهَقٗا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. (Terjemahan QS. Al-Jin: 6)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “(Maksud ayat ini yaitu) dahulu kami (para jin) berpandangan bahwa kami lebih utama daripada manusia. Sebab mereka meminta perlindungan kepada kami jika hendak menuruni suatu lembah atau tempat yang mengerikan seperti hutan atau tempat-tempat lainnya yang angker. Ini seperti kebiasaan orang-orang Arab pada masa jahiliyah, mereka memohon perlindungan pada pembesar jin tempat itu agar tidak tertimpa keburukan”. (Tafsir Ibnu Katsir: 4/370)

Oleh karena itu, segala jenis ritual yang mengandung hal-hal terlarang seperti yang dijelaskan di atas, maka hal itu adalah perbuatan haram dan tidak boleh dilakukan, walau ia memiliki nama yang berbeda.

Ritual Tolak Bala Yang Bid’ah

  Ritual tolak bala yang dilakukan masyarakat tidak semua sampai pada taraf menyekutukan Allah. Diantaranya ada yang hanya sampai pada taraf bid’ah, namun dapat mengarahkan pelakunya pada kesyirikan. 

Contohnya, memandikan rumah atau kendaraan yang baru dibeli dengan beberapa jenis kembang bunga dan beberapa jenis mata air, dengan keyakinan bahwa kembang bunga dan mata air itu hanya sebagai wasilah agar Allah menjauhkan mereka dari bala.

Ritual seperti ini adalah ritual tolak bala yang bid’ah yang tidak sampai pada tingkat kesyirikan. Akan tetapi, jika pelaku ritual ini berkeyakinan bahwa kumpulan beberapa jenis kembang atau beberapa jenis mata air itu yang dapat menolak mudharat ataupun mendatangkan manfaat, maka keyakinan seperti ini juga merupakan kesyrikan. Sebab ia bergantung pada selain Allah.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Para ulama menyebutkan bahwa diantara sebab kekufuran adalah bid’ah. Mereka mengatakan bahwa bid’ah senantiasa merasuk di dalam hati, kemudian menggelapkannya sedikit demi sedikit hingga sampai pada kekufuran”. (Al-Qaulu al-Mufid: 245)

Suatu ritual dikatakan bid’ah jika ritual itu tidak memiliki dasar dari al-Qur’an dan sunnah, juga tidak memiliki contoh amaliyah dari 4 khalifah salaf yang mulia.

Tolak Bala Berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah

Sesungguhnya bala dan musibah tidak akan bisa ditolak kecuali dengan melakukan sebab-sebab yang dapat menyelamatkan darinya. Banyak amalan-amalan syar’i yang dapat menjadi sebab tertolaknya bala, diantaranya:

Bertobat kepada Allah

Allah berfirman (yang artinya): Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong lagi”. (Terjemahan QS. Az-Zumar: 54)

Menjaga Batasan Syariat Allah

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu”. (HR. tirmidzi)

Syaikh al-Utsaimin rahimahullah berkata, “Makna menjaga Allah adalah menjaga batasanNya, syariatNya, melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Adapun makna Allah menjagamu ialah Allah akan menjagamu pada perkara dunia dan akhirat”. (Syarh Arbain an-Nawawi: 241)

Beristigfar

Allah berfirman (yang artinya): “Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka beristigfar”.

Berdoa

Allah berfirman (yang artinya): “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (Terjemahan QS. Ghafir: 60)

Bertakwa 

Allah berfirman (yang artinya): “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. (QS. Ath-Thalaq: 2).

Demikianlah artikel tentang tolak bala berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Anda juga dapat membaca artikel lainnya terkait hadits.

Oleh: Muhammad Ode Wahyu, SH.

Home
Donasi
Hitung Zakat
Rekening