LAZISWahdah.com, Petobo – “Saat itu saya dengar ceramah. Tiba-tiba bumi berguncang. Ibu saya berteriak menyuruh saya keluar. Saya lari dan terhuyung sana-sini,” kata Aira dalam sebuah video yang dikirim oleh relawan Wahdah Islamiyah di Kelurahan Petobo, Kec. Palu Selatan, kota Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (20/11).
Aira bercerita kepada relawan, ibunya beberapa kali berteriak histeris menyuruh Aira keluar rumah. Namun karena guncangan yang sangat besar membuat keduanya kesulitan berlari.
“Saya lihat pohon tumbang. Kami terjebak. Mau lari tapi susah,” ungkapnya dengan nada sedih.
Aira menjelaskan, ia dan ibunya hanya pasrah. Hanya bisa berzikir dan berdoa agar selamat. Terjangan likuifaksi dan lumpur sudah terlihat di depan matanya. Tubuhnya terjatuh dan tidak bisa bergerak setelah beberapa kali berusaha untuk bangkit.
“Selama saya pingsan saya lihat neraka. Banyak yang disiksa. Saya lihat cahaya putih, saya ikuti cahaya itu. Ada sosok berbaju putih bilang sama saya. Kalau saya masih mau turun ke bumi ada syaratnya. Saya harus tutup aurat, jaga sholat, dan rajin ibadah,” tutur Aira sembari mengenang.
Aira mengaku melihat jasadnya sudah terbujur kaku dihimpit lumpur. Ia masuk ke tubuhnya dan seketika itu siuman. Orang-orang membantunya dengan menggunakan linggis. Malam itu ia beristirahat di sebuah kursi karena rumahnya telah hancur. Esok harinya, Aira di bawa ke masjid.
“Untuk sampai ke masjid saya harus merangkak di atas lumpur. Baru saya ke puskesmas disana saya cuci kaki dan bersih-bersih. Saya di bawa ke Rumah Sakit tapi disana tidak layak. Alhamdulillah besoknya kaki saya bisa di operasi setelah di bawa ke Rumah Sakit yang lebih lengkap,” tukas Aira.
Ia melanjutkan, di Rumah Sakit itulah ia bertemu dengan ayah dan ibunya yang sempat hilang. Aira dan beberapa teman-temannya saat ini masih mengungsi di sekitar lokasi likuifaksi. Ia merupakan salah satu santri binaan dai Wahdah Islamiyah di Posko Petobo . []