LAZISWahdah.com – Ibnu al-Juazi Rahimahullah menyebutkan riwayat dari Yusuf bin Husain bahwa ia bercerita, “Suatu kali saya bersama Dzun Nuun al-Mishhri pernah berada di tepi sebuah telaga. Disana aku sempat menyaksikan seekor kalajengkin yang berukuran sangat besar sedang bersedia di tepi telaga. Tak lama kemudian datanglah seekor katak mendekati si kelajengking dan naiklah kelajengking itu ke atas punggungnya. Kemudian sang katak berenang menuju ke suatu tempat.
Melihat hal itu, Dzun Nuun berkata, “Pasti kelajengking itu mempunyai tujuan, ayo kita ikuti!”
Kita pun mengikuti ke mana kelajengking yang dibawa pergi oleh katak itu. Kami mendapati ada seorang laki-laki yang tidur dalam keadaan mabuk. Ketika itu ada seekor ular yang merayap dari pusar hingga ke dadanya hingga hampir menggigit telingganya. Pada saat yang tepat, kalajengking yang kami ikuti itu melekat dengan kuatnya ke tubuh ular dan menyengatnya sehingga matilah si ular. Selepas ular itu mati, kalajengking kembali ke pinggir telaga, lalu datanglah sang katak menjemputnya dan keduanya pergi.
Selapas itu, Dzun Nuun menggerak-gerakkan tubuh orang yang tidur tersebut untuk membangunkannya. Pemabuk itu membuka matanya, lalu Dzun Nuun berkata, ” Wahai pemuda, lihatlah bagaimana Allah menolongmu, ada kelajengking datang untuk membunuh ular yang hampir menggigitmu. Dzun Nuun kemudian bersyair,
Duhai orang yang alpa
Sedang Yang Mahaagung menjaganya
Dari bahaya di malam gulita
Bagaimana bisa terpejam mata
Sedang Maharaja
Mencurahkan nikmat atasnya.
Mendengar untaian syair yang dibacakan Dzun Nuun itu, pemuda itu pun bangkit dan berkata, ” Ilahi, jika begini perlakuan-Mu, terhadap hamba yang mendurhakai-Mu, lantas bagaimana kasih sayang-Mu terhadap hamba yang menaati-Mu?”
Selepas berkata demikian, pemuda itu pergi dan akupun bertanya kepadanya, ” Hendak ke mana anda?” Dia hanya menjawab, “Pergi menuju Allah (Taubat).”
Sumber: ‘Uyuunul Hikaayat, Ibnu al-Jauzy