Ilustrasi penyembuh penyakit hati

Dalam ayat yang mulia ini, Allah Azza wajalla mengungkapkan bahwa Al-Qur’an adalah pelajaran yang datang dari Tuhan dan penyembuh bagi penyakit-penyakit hati. Al-Qur’an juga merupakan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

Allah menyerukan kepada setiap manusia untuk bergembira dengan karunia dan rahmat-Nya. Al-Qur’an adalah lebih baik dari segala yang bisa dikumpulkan. Dalam kitab suci ini terdapat pelajaran, hikmah, dan nasehat-nasehat mulia yang memandu hidup manusia sesuai dengan fitrahnya.

Allah memerintahkan kita untuk menyambut keberadaan Al-Qur’an dengan sukacita dan menerima syariat-Nya dengan keyakinan bahwa aturan-aturan-Nya adalah kebaikan dan jalan keluar dari setiap masalah.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memeriksa hati kita dan memastikan penerimaan kita terhadap syariat-syariat Allah yang merupakan bentuk kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang beriman.

Apakah kita bahagia dengan syariat-syariat tersebut atau merasa tersakiti? Jika hati kita tidak bahagia, itu mungkin karena ada yang salah dan perlu diperbaiki. Marilah kita bersama-sama merenungkan dan memperbaiki hati kita agar kita dapat menghargai dan menerima syariat-syariat Allah dengan sukacita.

Berbahagia dengan Keberadaan Al-Qur’an

Allah Azza wajalla berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ قَدۡ جَآءَتۡكُم مَّوۡعِظَةٞ مِّن رَّبِّكُمۡ وَشِفَآءٞ لِّمَا فِي ٱلصُّدُورِ وَهُدٗى وَرَحۡمَةٞ لِّلۡمُؤۡمِنِينَ ٥٧ قُلۡ بِفَضۡلِ ٱللَّهِ وَبِرَحۡمَتِهِۦ فَبِذَٰلِكَ فَلۡيَفۡرَحُواْ هُوَ خَيۡرٞ مِّمَّا يَجۡمَعُونَ ٥٨ 

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.

Al-Qur’an adalah kitab suci yang penuh dengan pelajaran, hikmah, dan nasehat-nasehat mulia. Padanyalah Allah Azza wajalla menetapkan syariatNya yang manusiawi, sesuai dengan fitrah mereka.

Allah Azza wajalla menjadikannya sebagai syifa (penyembuh) bagi hati yang terserang penyakit, menetapkannya sebagai petunjuk agar setiap hamba tak salah arah dalam jalan hidupnya dan menjadikannya sebagai bentuk kasih sayangNya bagi orang-orang yang beriman.

Karena itulah, Allah Azza wajalla memerintahkan setiap hamba untuk berbahagia dengan keberadaannya. Bukan menolaknya, membenci syariatnya, ragu akan baiknya aturan di dalamnya.

Maka dari itu, kepadamu wahai yang merindu surga, periksalah hatimu! Apakah dengannya engkau bahagia atau merasa tersakiti olehnya? Apakah engkau meyakini syariatnya sebagai kebaikan dan jalan keluar dari setiap masalah hamba, atau menganggap sebagian aturannya tak layak untuk kehidupan?

Jika engkau bahagia, maka bersyukurlah. Jika tidak demikian, berarti ada yang salah dengan hatimu.

Periksa Hati Kita

Imam Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah berkata:

أفراح المؤمنين و سرورهم في الدنيا إنما هو بمولاهم إذا فازوا بإكمال طاعته و حازوا ثواب أعمالهم بوثوقهم بوعده لهم عليها بفضله و مغفرته كما قال تعالى : { قل بفضل الله و برحمته فبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون } قال بعض العارفين : ما فرح أحد بغير الله إلا بغفلته عن الله فالغافل يفرح بلهوه و هواه و العاقل يفرح بمولاه

“Kebahagiaan orang-orang beriman di dunia hanya pada Tuhan mereka. Sebab, mereka menang dengan kesempurnaan ketaatan padaNya, beroleh pahala dari amalan-amalan akan keyakinan pada janjiNya terhadap amalan itu, berupa keutamaan dan ampunanNya. Sebagaimana firman Allah (Katakanlah: Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan). Orang-orang yang arif berkata: Tidaklah seorang hamba bergembira dengan selain Allah melainkan karena kelalaiannya terhadap Allah. Seorang yang lalai akan merasa bahagia dengan kesia-siaan dan hawa nafsunya. Adapaun orang-orang yang berakal, mereka akan berbahagia dengan Maula (Tuhan) mereka”.

Periksalah hatimu sekali lagi, bagaimana penerimaannya terhadap syariat-syariat Allah yang Allah kabarkan sebagai kasih sayangNya terhadap orang-orang yang beriman itu?

Bagaimana penerimaanmu terhadap hijab dan cadar? Apakah engkau menganggapnya sebagai pakaian kehinaan yang buruk atau pakaian kemuliaan yang indah nan agung? Bagaiamana penerimaanmu terhadap poligami? Apakah engkau menganggapnya sebagai aib, peluka jiwa wanita atau jalan keluar dari kerasanya ujian kehidupan yang beragam corak dan warnanya?

Bagaimana penerimaanmu terhadap syariat-syariat Rasul Tuhanmu seperti jenggot dan celana cingkrang? Apakah engkau menganggapnya sebagai syiar para teroris ataukah ia adalah syiar kaum muslimin?

Tidakkah engkau berbahagia dengannya?

Jika hatimu tidak senang dengan semua itu, maka ketahuilah bahwa hatimu sedang mengidap penyakit buruk yang dapat mengantarkanmu pada kesengsaraan yang abadi.

Menghadapi Penyakit Hati: Mencari Penyembuhan dalam Al-Qur’an

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata:

وأما مرض القلب فيفضي بصاحبه إلى الشقاء الابدي ولا شفاء لهذا المرض الا بالعلم ولهذا سمى الله تعالى كتابه شفاء لامراض الصدور وقال تعالى يا أيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم منه وشفاء لما في الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين

Adapun penyakit hati, maka ia akan mengantarkan pemiliknya pada kesengsaraan yang abadi. Tidak ada penyembuh bagi penyakit ini kecuali dengan ilmu. Oleh karena itulah, Allah Azza wajalla menamakan kitabNya sebagai Syifa (penyembuh) untuk penyakit-penyakit yang ada di dalam dada.

Allah Azza wajalla berfirman: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.

Allah Azza wajalla mengisyaratkan pada ayat ini bahwa penolakan dan ketidaksenangan terhadap al-Qur’an dan syariatnya tidak lain disebabkan oleh hati yang sakit. Hati yang sakit itu bersumber dari keragu-raguan yang dihembuskan setan melalui was-wasnya, hingga seorang hamba merasa gelap dari terangnya cahaya ilmu.

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah berkata: “Dan tidak diragukan lagi, bahwa hati yang terkunci, akan menjadikannya gelap dan mengilangkannya dari cahaya ilmu. Bahkan, boleh jadi pengaruhnya akan hilang, hingga seharusnya menjadi sebab orang-orang mendapat hidayah dengannya justru menjadi sebab untuk kesesatannya”.

 Karena itu, pada ayat ini Allah Azza wajalla menyeru pada seluruh manusia, bukan untuk orang-orang yang beriman saja, agar mereka semua memperhatikan dan membuktikan pelajaran-pelajaran dan syariat yang datang dari Allah itu bahwa ia adalah penyembuh, ia adalah petunjuk, ia adalah kasih sayangNya dan ia adalah keutamaan untuk orang-orang yang beriman.

Siapa yang menggunakan kebersihan hatinya memikirkan ayat-ayat Allah, niscaya ia akan menemukan apa yang Allah janjikan. Namun, jika hatinya penuh dengan was-was setan, maka ia akan menerima sebagian dan ingkar terhadap sebagian lainnya, hingga iapun binasa dalam lembah kehinaan yang abadi, neraka wal’iyadzubillah.

Demikianlah artikel tentang penyembuh penyakit hati ini. Anda juga dapat membaca artikel lainnya tentang fadhillah.