Ramadhan adalah momen perubahan. Karena sejatinya perubahan suatu kaum dimulai dari mengubah diri-diri pribadi. Kualitas menjalani Ramadhan sangat ditentukan dari kapasitas pribadi. Ada yang bisa menyelesaikan bacaan Al-Qur’an sekali, dua kali sebulan dan ada juga sekali khatam dalam tiga hari. Kata kuncinya kapasitas, untuk membangun kapasitas dibutuhkan planning dan tekad kuat.
Sebaliknya, ada yang menjalani ramadhan tetapi menjadi tidak produktif. Siang hari lemas karena lapar dan malam hari mengantuk karena kekenyangan. Misi perubahan ke arah yang lebih baik jauh dari ekspektasi. Nah, ada beberapa cara agar ramadhan menjadi jalan perubahan kapasitas diri.
Persiapan ilmu dan kapasitas intelektual
Ramadhan adalah model ideal bagaimana mengatur ritme hidup sesuai pola sunnah Nabi. Sebelum memasuki ramadhan, persiapan terbaik adalah ilmu khususnya berkaitan fiqih ramadhan. Sehingga ketika sudah masuk ramadhan, kita sudah siap beramal berdasarkan ilmu, bukan masuk dengan ikut-ikutan.
Ketika Ramadhan tiba, bukan lagi saatnya mempertanyakan hal yang berulang setiap tahunnya. Apa saja hal yang tidak boleh dilakukan dan yang menjadi pembatal puasa, mana lebih afdhal shalat tarawih 11 raka’at atau 23 raka’at. Permasalahan fiqih ramadhan ini bisa dipelajari dalam waktu singkat yang penting fokus dan sistematis.
Mempersiapkan ilmu sebelum beramal ini penting, termasuk juga mempelajari apa hikmah atau rahasia dibalik setiap ibadah. Apa rahasia dibalik puasa dan ketahanan fisik. Meskipun tidak semua disebutkan secara jelas, kecuali ada dalil penjelasan dari para ulama.
Agar semua tujuan bisa tercapai, sangat perlu menyusun agenda harian. Karena akan datang banyak godaan yang dapat menghilangkan fokus dalam beribadah. Di waktu-waktu yang sangat mustajab berdo’a justru hadir tayangan hiburan, komedi dll yang begitu massif. Seperti waktu sahur dan menjelang buka atau saat tarawih maupun 10 hari terakhir godaannya makin tak terbendung. Jangan sampai waktu terbuang percuma hanya karena kita tidak punya rencana dan gagal fokus.
Jika ada agenda yang tidak relevan dengan ibadah, maka pantas di-skip aja. Termasuk buku yang layak dibaca, dan bidang ilmu apa yang tepat untuk dikaji. Prioritas utama tentunya al-Qur’an. Kalau belum mahir membaca al-Qur’an, perlu mencari guru ngaji. Sekarang sudah banyak metode yang membantu kita pandai mengaji meskipun dari nol.
Untuk target tilawah sangat disarankan mengkomparasikan dengan tadabbur. Ada beberapa ayat kita fokus mengulang-ulangi, memahami apa maksudnya. Bisa dengan membaca terjemahan dilengkapi tafsir penjelasan singkat maupun asbabun nuzul dan pendapat para ulama.
Berinteraksi dengan al-Qur’an inilah yang paling kita butuhkan saat ini. Karena interaksi Al-Qur’an menjadi kering akibat tidak memiliki alat perangkat memahami dan metodologi sehingga menjadi penghalang tadabbur. Seperti kapasitas berfikir (akal), lemahnya Bahasa Arab, pemahaman salaf dan perangkat ilmu tafsir.
Tema-tema strategis seperti peradaban, konsep kehidupan sosial, mulai dari konsep tauhid sampai konsep daulah jarang dibahas secara sistematis. Sehingga yang terjadi bacaan yang parsial sesuai mood. Cenderung mengikuti kajian hanya karena faktor trending topic, lagi viral, atau lebih banyak nuansa humoris dari pada kajian yang serius tetapi membangun otoritas keilmuan.
Padahal Al-Qur’an sangat sempurna (syamil) membahas seluruh konsep kehidupan. Apalagi pemahaman terhadap Al-Qur’an makin komprehensif jika dipadukan dengan Sirah Nabawiyah. Karena Al-Qur’an turun mengikuti timeline kehidupan Rasulullah. Termasuk membaca bagaimana sejarah Nabi di bulan ramadhan agar kita mendapatkan spirit kepahlawanan dan mempelajari sunnatullah dari sejarah.
Pilih beberapa amalan ibadah yang ingin ditingkatkan
Prinsipnya semua amalan di bulan ramadhan akan dilipat-gandakan pahalanya. Namun ada beberapa amalan yang menjadi prioritas untuk kita tingkatkan kualitas dimulai dari membangun konsistensi sekalipun sedikit. Misalnya membangun konsistensi shalat berjama’ah tepat waktu di masjid bagi laki-laki atau shalat malam sebulan penuh.
Tidak juga berarti semuanya dikerjakan dengan intensitas yang tinggi, namun bertahap dan berkelanjutan. Jangan sampai ingin mengerjakan semuanya, lalu karena tidak bertahap akhirnya tidak konsisten. Dan yang menarik, di bulan ramadhan semua orang cenderung mudah melakukan kebaikan. Artinya suasana kebaikan akan mengundang kebaikan lainnya.
Bisa juga meningkatkan kualitas sedekah dibanding tahun sebelumnya. Lebih tepatnya sasaran kebermanfaatan yang lebih luas dan berdampak. Bersedekah melalui lembaga zakat yang menyalurkan donasi untuk penyiapan da’i dan pengajar Al-Qur’an misalnya. Bersedekah pada program ini punya peran strategis sebagai agen perubahan di tengah masyarakat dan berdampak luas.
Bangun mentalitas pemenang
Setiap ibadah hakikatnya ada korelasi dalam membangun mentalitas. Ibadah shalat sebagai stabilitas jiwa begitu pula puasa melatih kejujuran juga kesabaran. Berani menunda kesenangan demi kebahagiaan yang lebih berdampak.
Membangun mentalitas tidak bisa dilakukan sehari dua hari. Tetapi melalui proses yang panjang, mulai dari pembiasaan hingga menjadi bagian dari kepribadian. Dan ini merupakan tujuan ramadhan melahirkan pribadi bertaqwa. Ramadhan kesempatan membersihkan jiwa (tazkiyatun nafs) dan membangun mentalitas (tarbiyah).
Harapannya, setelah ramadhan mentalitas jiwa kita seimbang. Ada beberapa mentalitas atau akhlak yang harus menjadi target untuk kita miliki. Misalnya integritas, ikhlas, syukur, sabar, dermawan, rahmah dsb. Kalau kita lebih mendalami, ini bisa dilatih dibalik setiap amalan ibadah yang dikerjakan.
Puasa dan ketahanan fisik
Puasa selain untuk membangun mentalitas pemenang, pribadi taqwa juga membentuk kualitas fisik yang ideal. Berpuasa menahan lapar dan haus dari mulai terbit matahari sampai terbenam selama sebulan penuh punya peran dalam ketahanan fisik dan kualitas kesehatan yang prima. Sistem pertahanan tubuh kita jika dalam waktu lama bekerja perlu keseimbangan dan ini ada dibalik syariat puasa.
Bulan ramadhan adalah bulan berkarya. Beban durasi jam kerja bukan dikurangi, tetapi dikonversi. Misalnya satu jam kerja di pagi hari diganti dengan kegiatan mengembangkan kapasitas dari sisi ilmu. Disarankan kajian yang lebih sistematis agar lebih membentuk pemahaman yang sempurna. Ramadhan adalah bulan perjuangan, harus dibarengi kerja keras. Dengan merencanakan dan fokus terhadap tujuan. Bulan ini juga kesempatan membangun circle kebaikan, dengan banyak silaturrahmi, ngaji bareng keluarga, buka puasa bersama, merajut persatuan yang mungkin sempat terurai kerena perbedaan pilihan politik. Ramadhan adalah momentum perubahan membangun mentalitas dan juga mengembangkan kapasitas diri.
Yuk gabung di grup WhatsApp Sahabat Inspirasi