LAZISWahdah.com – Sampai Kapan Kelalaian Ini Berakhir?
Karena urusan dunia rela meninggalkan shalat berjamaah, karena permainan rela mengorbankan harta dan tenaga, namun untuk berinfak dan bersedekah berat sekali melakukannya, karena urusan dunia rela meninggalkan shalat, karena kepentingan dunia larut dalam maksiat, karena kenikmatan yang rendah inilah perintah dan larangan Rabb yang telah mengaruniakan bermacam-macam nikmat diabaikan!
Sampai kapankah kelalaian ini berakhir?
Untuk rapat ada waktu, untuk permainan ada waktu, untuk bisnis ada waktu, untuk jalan-jalan ada waktu, untuk semuanya ada waktu namun untuk membaca Al-Qur’an, menghadiri majelis ilmu syar’i, shalat berjamaah, mengerjakan kewajiban agama, dan menambah dengan amalan sunat; maaf “TIDAK ADA WAKTU”!
Sampai kapan kelalaian ini berakhir?
Dosa di mata ibarat lalat menempel di hidung, lupa dan lalai kepada siapa sebenarnya berbuat maksiat.
Di pagi dan siang hari dosa-dosa dijalaninya dari mulai dosa kecil hingga dosa besar.
Ghibah (gosip), namimah (adu domba), dusta, menuduh orang lain menjadi hal yang biasa. Khianat, mengambil harta orang lain tanpa kerelaannya, menyakiti tetangga, memutuskan tali silaturrahim, bermusuhan menjadi bagian hidup. Sombong, ‘ujub (bangga diri), hasad dan ghisy (menipu orang) menjadi akhlaknya.
Apakah masih saja lalai terhadap kematian? Apakah masih saja lalai terhadap hisab, apakah masih saja lalai terhadap kubur? Apakah masih saja lalai terhadap neraka dan apakah masih saja lalai terhadap azab cepat atau lambat?
Sampai kapan kelalaian ini berakhir?
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)” (QS. Al Hijr: 3).
Mari kita menengok kepada diri sendiri, apakah kita termasuk orang-orang yang lalai itu atau tidak? Lihatlah jalan mana yang kita tempuh; apakah jalan yang menghubungkan kepada keridhaan Allah ataukah jalan yang menghubungkan kepada kemurkaan Allah.
Tengoklah ke kanan dan kiri, berapa banyak orang yang dijemput kematian tanpa membawa amalan. Tengoklah ke kanan dan ke kiri berapa banyak orang yang dijemput kematian dalam keadaan berbuat maksiat, ini semua akibat menunda-nunda tobat, panjang angan-angan dan menyangka masih jauh dari kematian.
Jangan sampai kita seperti orang yang dijemput kematian baru menyadari akan kelalalaiannya, seraya mengatakan,
قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ● لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia)–Agar aku berbuat amal yang saleh yang telah aku tinggalkan” (QS. Al-Mu’minuun: 99-100)
akan tetapi,
وَلَن يُؤَخِّرَ اللهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا وَاللهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Munaafiqun: 11)[]
Sumber : Majalah Sedekah PLUS