Terlalu fokus pada nilai benda, kadang membuat kita kurang bersyukur pada nilai dari sebuah usaha.

Dulu, kita pernah bisa begitu gembira dengan hal-hal yang bersahaja. Tapi, seiring kian lapangnya karunia Allah Ta’ala, justru rasa syukur itu kian berkurang?

Masih ingat kan saat masih kecil dulu? Saat sebuah permen yang mungkin harganya remeh, tapi alangkah girangnya kita menerima pada saat itu. Sekarang, permen jika diberikan kepada kita, seberapa senang kah kita?

Apakah ini terjadi akibat keyakinan bahwa standar gaya hidup mesti berkembang seiring wawasan yang kian terbuka? Hingga, standar rasa syukur pun jadi meninggi mengikuti nilai benda-benda yang menjadi standar kita?

Standar kesyukuran manusia itu berbeda-beda. Tergantung bagaimana orbital keimanannya pada saat itu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *