Zubair bin Awwam masih sepupu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, walau usianya berbeda jauh. Ibunya adalah Shafiyyah binti Abdul Muthalib saudara dari ayahanda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abdullah. Dan ayahnya adalah Awwam bin Khuwailid, saudara dari Khadijah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka tak heran jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyayanginya. Ia telah memeluk Islam pada masa-masa awal Islam didakwahkan ketika masih berusia 12 tahun, dalam riwayat lainnya 15 tahun. Karena itu ia termasuk dalam kelompok sahabat as-sabiqunal awwalin, yang memperoleh pujian langsung dari Allah dalam al-Qur’an. Ia juga salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga ketika hidupnya.
Tidak lama setelah memeluk Islam, ia mendengar berita bahwa penduduk Makkah telah membunuh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan marah ia menghunus pedangnya dan mencari tahu siapa yang membunuh beliau. Tetapi kemudian ia bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang segar bugar saja, sementara pedangnya masih terhunus, Beliau bertanya, “Apa yang terjadi denganmu, wahai Zubair?”
“Aku mendengar bahwa tuan telah dibunuh..” Kata Zubair.
“Lalu, apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Aku akan memancung kepala orang yang membunuh tuan…”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum melihat sikap dan semangatnya. Beliau mendoakan dia dan juga pedangnya, kemudian menyuruhnya pulang. Itulah pedang yang pertama kali dihunuskan demi untuk membela Islam.
Peristiwa itu merupakan gambaran awal bagaimana sikap Zubair bin Awwam terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Islam, maka tak heran jika kemudian ia tak pernah absen dalam semua pertempuran bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan setelah beliau meninggal. Jiwa dan semangat hidupnya dihabiskan untuk mengabdi pada perjuangan menegakkan panji-panji Islam.
Sebagaimana para sahabat pada masa awal, keislamannya membawanya kepada penyiksaan dari kaum Quraisy, walau sebenarnya ia dari keluarga terhormat dan sangat disegani. Pamannya sendiri, Naufal bin Khuwailid yang dikenal dengan nama “Singa Quraisy”, pernah menggulungnya dengan tikar dan menggantungnya terbalik dalam keadaan terikat, dan di bawahnya ada api sehingga asapnya menyesakkan dadanya. Berbagai siksaan ditimpakan oleh kaum kerabatnya sendiri, tetapi semua itu tidak mampu mengembalikannya ke agama jahiliahnya.
Zubair ikut dalam perjalanan hijrah ke Habasyah dua kali. Kemudian ia kembali, untuk mengikuti semua peperangan bersama Rasulullah, hingga tidak satu pun peperangan yang tidak ia ikuti.
Zubair juga dikenal sebagai penunggang kuda yang handal. Dialah salah satu dari hanya dua penunggang kuda pasukan muslim pada Perang Badar, dan ia diserahi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memimpin sisi kanan. Satu lagi adalah Miqdad bin Aswad, diserahi untuk memimpin sisi kiri. Dengan pedang yang pernah didoakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, jiwa kepahlawanannya jadi makin menonjol. Dalam perang Badar tersebut ia mampu membunuh jagoan-jagoan Quraisy yang jadi andalan, seperti Naufal bin Khuwailid, Si Singa Quraisy yang masih pamannya sendiri, Ubaidah bin Said, Ibnul Ash bin Umayyah, dan lain-lain.
Pada perang Yarmuk, Zubair bertarung dengan pasukan Romawi, namun pada saat tentara muslim bercerai berai, beliau berteriak: “Allahu Akbar” kemudian beliau menerobos ke tengah pasukan musuh sambil mengibaskan pedangnya ke kiri dan ke kanan, anaknya Urwah pernah berkata tentangnya, “Zubair memiliki tiga kali pukulan dengan pedangnya, saya pernah memasukkan jari saya didalamnya, dua diantaranya saat perang badar, dan satunya lagi saat perang Yarmuk”.
Salah seorang sahabatnya pernah bercerita, “Saya pernah bersama Zubair bin Awwam dalam hidupnya dan saya melihat dalam tubuhnya ada sesuatu, saya berkata kepadanya,”Demi Allah saya tidak pernah melihat badan seorangpun seperti tubuhmu,” dia berkata kepada saya,” demi Allah tidak ada luka dalam tubuh ini kecuali ikut berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan di jalan Allah.”
Saat terjadi pengepungan atas Bani Quraidzah dan mereka tidak mau menyerah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Zubair bin Awwam bersama Ali bin Abu Thalib, lalu keduanya berdiri di depan benteng dan mengulangi kata-katanya, “Demi Allah kalian akan merasakan seperti yang telah dirasakan oleh Hamzah, atau kami akan menaklukkan benteng ini.”
Rasulullah sangat sayang kepada Zubair. Beliau bahkan pernah menyatakan kebanggaannya atas perjuangan Zubair. “Setiap nabi mempunyai pembela dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.”
Gelar kehormatan tersebut dia dapatkan karena pengabdiannya yang luar biasa, keberaniannya yang tiada dua, kepemurahannya yang tidak terkira, dan pengorbanan diri serta hartanya untuk Allah, Tuhan alam semesta.
Zubair bin Awwam juga merupakan seorang yang terhormat dan mulia, selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah, Ka’ab berkata tentangnya, “Zubair memiliki 1.000 macam kekayaan yang dikeluarkan untuk berperang, dan tidak ada uang satu dirham pun yang masuk ke rumahnya,” (maksudnya hartanya disedekahkan seluruhnya), beliau mensedekahkan seluruh hartanya sampai ia mati dalam keadaan berhutang, dan mewasiatkan kepada anaknya untuk membayarkan hutangnya, dan ia berkata kepadanya, “jika engkau tidak sanggup membayar utang saya, maka mintalah tolong kepada Tuanku,” Abdullah pun bertanya, “Siapakah yang engkau maksud dengan Tuan? ” beliau menjawab, “Allah, Dialah sebaik-baik pemimpin dan penolong.” Lalu setelah itu Abdullah berkata, “Demi Allah saya tidak pernah mengalami kesulitan dalam membayar hutangnya, kecuali saya berkata, “Wahai Pemimpin/pemilik Zubair bayarlah hutang Zubair,” maka Diapun menggantinya.
Saat Zubair bin Awwam keluar dalam perang Al-Jamal, seseorang dari kaum Tamim bernama Amru bin Jarmuz mengikuti beliau dan membunuhnya dari belakang di suatu tempat yang bernama lembah Siba. Lalu pergi kepada Ali bin Abu Thalib ra. dengan menduga bahwa dia telah membawa kabar gembira, setelah mengetahui hal tersebut Ali bin Abu Thalib radhiyallahu ‘anhu berteriak dan berkata kepada pembantunya, “Berikan kabar kepada pembunuh putra Sofiyyah dengan neraka, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada saya bahwa pembunuh Zubair adalah penghuni neraka.”. []
Yuk gabung di Grup WhatsApp Sahabat Inspirasi