LAZISWahdah.com – Terkadang kita lupa bersyukur terhadap nikmat penglihatan yang Allah berikan. Padahal dengan mata yang sehat, kita dapat melihat keindahan dunia ini. Coba bayangkan jika kita ditakdirkan menjadi manusia yang buta maka bisa jadi kita akan berputus asa dalam menjalani kehidupan karena merasa begitu beratnya hidup tanpa mata. Namun Allah memberikan kekuatan kepada hamba-hamba Nya yang diuji dengan mata yang buta.
Abdul Azis, seorang bapak dengan tiga anak ini telah mengalami kebutaan sejak lahir. Istri beliau juga mengalami kebutaan. Mereka berdua harus mengurus anak–anak mereka di sebuah rumah kontrakan yang sangat sederhana. Ujian kebutaan tidak membuat bapak Abdul Azis meninggalkan kewajibannya sebagai tulang punggung keluarga. Bapak Abdul Azis berjualan kripik keliling demi membayar kontrakan rumah dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“saya tidak mau menjadi peminta-minta pak makanya saya berjualan kripik keliling. Saya ingin memberikan contoh kepada teman-teman tuna netra lain bahwa orang tuna netra itu bukan peminta-minta atau hanya bisa kerja sebagai tukang pijit” ucapnya dengan penuh semangat
Abdurrahman, seorang tuna netra yang berjualan jagung keliling demi menghidupi istri dan anaknya. Sebagian keuntungan penjualan jagungnya ditabung untuk membayar rumah kontrakan. Selain mencari nafkah, bapak Abdurahman juga aktif dalam kegiatan Islam. Bahkan beliau memiliki Al Quran braille di rumah beliau.
“iya, saya ikut tarbiyah dengan ustadz Akhyar tetapi di bulan Ramadhan ini diliburkan. Saya fokus membaca Al Quran di bulan Ramadhan. Alhamdulillah saya telah membaca 23 juz selama bulan Ramadhan” ucap Abdurrahman kepada tim Lazis Wahdah
Kasmir, warga jalan tengku umar yang telah mengalami kebutaan sejak usia tujuh tahun yang disebabkan karena matanya dilempar batu oleh teman bermainnya.
“semua musibah yang menimpa saya pak sudah takdir Allah. Insya Allah ini yang terbaik” ucapnya dengan penuh ketabahan
Musibah yang menimpanya tidak menghalanginya untuk menuntut ilmu. Beliau menjalani hari-harinya dengan belajar di sekolah khusus tuna netra. Bahkan saat ini, beliau menjadi guru di sekolah tersebut.
Pada kunjungan 19 Juni 2017, LAZIS Wahdah memberikan bantuan sembako kepada pak Abdul Azis, Abdurahman, dan Kasmir. Mereka mengucapkan banyak terima kasih atas sembako yang mereka terima.[]