Keluarga Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhum , Kesabaran yang Berbuah Surga
wiz.or.id –
Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu, adalah salah seorang sahabat Nabi yang termasuk assabiqunal awwalun, golongan yang pertama kali masuk Islam. Ayahnya, Yasir bin Amir adalah perantau  dari Yaman yang bersahabat dengan Abu Hudzaifah bin Mughirah, dan dinikahkan dengan budaknya, Sumayyah bin Khayyath.

Beliau bersaksi tentang keislamannya langsung di hadapan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa sallam di rumah al-Arqam. Setelah memeluk Islam, ia berhasil mengajak ibu dan ayahnya untuk turut masuk ke dalam hidayah Islam.

Dengan keimanan yang tinggi, Ammar radhiyallahu ‘anhu tidak menyembunyikan keislaman-nya di kalangan kaum musyrikin Quraisy. Hal tersebut membuat orang-orang Quraisy marah dan sangat membenci Ammar bin Yasir beserta keluarganya.

Dikarenakan bukan penduduk asli Makkah dan tidak ada kabilah Arab yang menjamin keselamatan bagi Ammar, orang-orang Quraisy merasa ringan untuk menyiksa Ammar bin Yasir dan keluarganya. Ammar dan keluarganya disiksa dan dianiaya dikarenakan keimanan mereka kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Rasulullah dan pengesaan kepada Allah Ta’ala.

Ammar beserta keluarganya di siksa di padang pasir Makkah. Abu Jahal, gembong kafir Quraisy saat itu memakaikan baju besi kepada Sumayyah radhiyallahu ‘anha untuk menyiksanya. Kemudian Abu Jahal membawanya di tengah-tengah tanah lapang dan di terik matahari yang sangat menyengat dan membakar. Di sana, Sumayyah dianiaya oleh Abu Jahal, dengan pemaksaan untuk kembali kepada agama nenek moyang. Akan tetapi, manisnya iman telah merasuk di dalam hati Ibu Ammar bin Yasir, sehingga ia tetap bersabar dan menahan siksa yang menimpanya.

Baca juga: Dihyah Al-Kalbi, Pria Tampan dari Madinah

Kesabaran Sumayyah radhiyallahu ‘anha membuat kesal dan putus asa Abu Jahal. Dia pun naik pitam dan mencoba mengambil tombak, lalu menancapkannya pada tubuh Sumayyah radhiyallahu ‘anha. Jadilah ia syahid pertama dalam Islam. Tidak berapa lama, ayahnya, Yasir bin Amir juga meninggal dalam penyiksaan orang-orang kafir Quraisy.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengabarkan kepada Ammar bin Yasir dan keluarganya dengan bersabda:

صَبْرًا يَا آلَ يَاسِرٍ فَإِنَّ مَوْعِدَكُمُ الْجَنَّةُ

“Bersabar wahai Keluarga Yasir, sesungguhnya surga adalah tempat kembali kalian.”

Kematian kedua orangtuanya akibat siksaan tersebut tidak menyebabkan Ammar berubah pikiran, bahkan makin meneguhkan pendiriannya. Siksaan pun  makin ditingkatkan, dibakar dengan besi panas, disalib, ditenggelamkan dalam  air hingga ia sesak nafas, dan lain-lainnya.

Suatu ketika Ammar disiksa sedemikian rupa sehingga hampir tak sadarkan diri, dalam keadaan seperti itu ada yang menuntun ucapannya untuk memuja-muja berhala kaum Quraisy, dan tanpa disadarinya ia mengikuti ucapan-ucapan tersebut. Saat ia menyadari semuanya itu, ia menangis sejadi-jadinya, seolah-olah dunia kiamat baginya, dan siksaan demi siksaan pun tak lagi terasa berat baginya. Jauh lebih berat kedukaan dan ketakutannya karena telah mengucapkan kata-kata yang bisa mencabut imannya, menyengsarakan kehidupannya di akhirat kelak.

Dalam puncak kesedihannya, datanglah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau telah mendengar berita tentang apa yang diucapkan oleh Ammar, dan atas peristiwa tersebut, turunlah surah An Nahl ayat 106. Beliau datang sendiri menemui Ammar, dengan penuh santun dan kasih beliau menghibur dan menenangkannya sambil menyampaikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Beliau berkata kepada Ammar, “Orang-orang kafir menyiksa dan menenggelamkanmu sehingga engkau mengatakan begini dan begini…”

“Benar, ya Rasulullah,” Kata Ammar sambil meratap penuh kesedihan.

“Tidak mengapa, jika mereka memaksamu, katakanlah seperti itu, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menurunkan ayat :

مَن كَفَرَ بِاللّٰـهِ مِنۢ بَعْدِ إِيمٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُۥ مُطْمَئِنٌّۢ بِالْإِيمٰنِ وَلٰكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّٰـهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Artinya:

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.” (QS. An-Nahl: 106)

Hati Ammar menjadi tentram dengan penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut. Pada akhirnya, sebagaimana kebanyakan budak-budak lain yang disiksa tuannya karena pilihannya memeluk Islam, Abu Bakar membeli Ammar dari kabilah Bani Makhzum dan memerdekakannya.

Sabar dalam memegang kebenaran sangat sulit, akan tetapi pahala yang dijanjikan bagi orang yang sabar jauh lebih besar dan berharga, sehingga rintangan yang menghalangi keimanan seakan tak menyakitkan. Sungguh keluarga Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu mendapatkan anugerah besar yang berupa surga, dengan bersabar dari rintangan kaum Musyrikin selama di Makkah sebelum hijrah ke Madinah, Semoga kesabaran keluarga Ammar bin Yasir radhiyallahu ‘anhu menjadi teladan dalam kehidupan kita semua, amin, Wallahu Ta’ala a’lam.[]


Sumber : Majalah Sedekah Plus

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *