“Jarangka saya ikut belajar kak, karena tidak ada pembeli kuotaku,” – Muhammad Yunus (14 tahun)
….
Yunus (14 tahun) beda dengan anak sekolah lainnya. Jika mereka punya HP dan kuota untuk belajar daring, maka Yunus tak bisa. Ibunya hanyalah seorang pemulung barang-barang bekas atau rongsokan, biasa juga buka warung kecil-kecilan. Penghasilannya serba tak cukup, apalagi jika sepi pembeli. Kalau pun ia bisa membeli kuota di bulan ini, maka bulan-bulan selanjutnya belum pasti
Kondisi ini menyebabkan Yunus tak bisa menerima informasi dari sekolah. Apalagi, disaat masa-masa ujian sekolah, ia bahkan sangat kesulitan untuk mengakses pelajaran disebabkan himpitan ekonomi yang dirasakan oleh keluarganya
Anak yang punya cita-cita jadi tentara ini juga tak punya banyak waktu untuk belajar mandiri. Sebab, jauh sebelum corona ini marak, sepulang sekolah ia langsung membantu ibunya menimbang sampah untuk ia jual kembali
Yunus sedih, jika ia sama sekali belum pernah masuk tiga besar sekali pun di kelasnya. Ia merasa selama ini kerja kerasnya masih belum bisa membahagiakan ibunya. Meskipun demikian, Yunus tetap rajin mengaji. Ia dan teman-temannya selalu aktif di Taman Pendidikan Al-Qur’an
#SahabatInspirasi, Muhammad Yunus hanyalah satu dari sekian banyak anak yang mengalami kesulitan selama belajar di masa pandemi. Kondisi keuangan keluarganya sangat jauh berbeda dengan keluarga kita, mungkin
Anak seperti Yunus membutuhkan banyak bantuan untuk membuat ia tetap menikmati proses belajar di rumah sekalipun malam menjelang.
Sahabat Inspirasi bersama kita bantu Yunus dan teman-temannya untuk menjangkau anak-anak yang sulit belajar dari rumah karena pandemi COVID-19

Bank Syariah Mandiri 497 900 9009
BNI Syariah 500 123 5005
Bank Muamalat 801 004 8367
BRI Syariah 100 660 4222
An. Wahdah Inspirasi Zakat


(Untuk amanah pencatatan harap menambahkan 280 setiap transferan)