Ilustrasi adab berbicara

Artikel ini akan membahas adab berbicara. Setidaknya ada 12 adab dalam berbicara yang akan dibahas satu per satu berdasarkan Al-Qur’an ataupun hadits. Baca artikel berikut selengkapnya!

Pembicaraan dalam bahasa Al-Quran dinamai kalam. Dari akar kata yang sama terbentuk kata lain dalam bahasa Arab yang berarti luka. Ini menjadi peringatan bahwa kalam juga dapat melukai. Bahkan, luka yang diakibatkan lidah bisa lebih parah dari pada oleh pisau. Oleh sebab itu kita perlu mengetahui adab-adab ketika berbicara, diantaranya sebagai berikut:

Berbicara Hanya dalam Perkara dalam Kebaikan

Sebagaimana firman Allah Ta’ala berfirman:

‎لاَ خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتَغَاء مَرْضَاتِ اللّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia”. (QS. An-Nisa [4]: 114).

‎وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

”dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (QS. Al Mu’minun [23]: 3)

‎مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

“Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Berbicara dengan Suara yang Dapat Didengar

Tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu pelan. Ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat atau dipaksa-paksakan.

Dari Aisyah -radhiyallahu’anha- beliau berkata:

‎كَانَ كَلاَمُ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَلاَمًا فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ.

“Bahwasanya perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam itu perkataan yang jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar.” (HR Abu Daud)

Tidak Membicarakan Hal-Hal yang Tidak Berguna

Hadis Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- menyatakan:

‎مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ

“Termasuk kebaikan islamnya seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

Tidak Semua Apa yang Didengar Harus Disampaikan

Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- di dalam hadisnya menuturkan, Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- telah bersabda:

‎كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

“Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar”. (HR. Muslim)

Menghindari Perdebatan dan Saling Membantah

Sekali pun berada di pihak yang benar, dan menjauhi perkataan dusta sekali pun bercanda. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- sallam bersabda:

‎أنا زعيم بيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقا، وبيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وإن كان مازحا

“Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda”. (HR. Abu Daud)

Tenang dalam Berbicara dan Tidak Tergesa-gesa

Aisyah -radhiyallahu’anha- telah menuturkan:

‎أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُحَدِّثُ حَدِيثًا لَوْ عَدَّهُ الْعَادُّ لَأَحْصَاهُ

“Sesungguhnya Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- apabila membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya”. (Muttafaqun’alaih).

Menghindari Perkataan Jorok (Keji)

Adab berbicara selanjutnya adalah menghindari perkataan jorok. Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

‎لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ

” seorang mu’min itu bukanlah pencela atau pengutuk atau yang keji pembicaraannya”.. (HR. Al-Bukhari di dalam Al-Adab al-Mufrad).

Menghindari Sikap Memaksakan Diri dan Banyak Bicara di Dalam Berbicara

Dalam hadis Jabir -radhiyallahu’anhu- disebutkan:

‎وإن أبغضكم إلي وأبعدكم مني يوم القيامة الثرثارون، والمشتشدقون والمتفيهقونز قالوا: يا رسول الله، ما المتفيهقون؟ قال: المتكبرون

“Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku di hari Kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara, orang yang berpura-pura fasih dan orang-orang yang mutafaihiqun”. Para shahabat bertanya: Wahai Rasulllah, apa arti mutafaihiqun? Nabi menjawab: “Orang-orang yang sombong”. (HR. Al-Tirmidzi)

Tidak Menggunjing (Ghibah) dan Mengadu Domba

Allah Ta’ala berfirman:

‎وَلاَ يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضاً

“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain”. (QS. Al-Hujurat [49]: 12).

Mendengarkan Pembicaraan Orang Lain dengan Baik

Adab berbicara selanjutnya adalah mendengarkan apa yang orang lain katakan dan tidak memotongnya, atau sibuk bermain HP, juga tidak menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah pendapatnya atau mendustakannya.

Jangan Memonopoli Pembicaraan

Adab selanjutnya adalah tidak memonopoli pembiacaraan dan berikanlah kesempatan kepada orang lain untuk berbicara.

Menghindari Perkataan Kasar, Keras dan Ucapan yang Menyakitkan Perasaan

Adab selanjutnya adalah menghindari perkataan kasar, keras dan ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan dan kekeliruan pembicaraan orang lain, karena hal tersebut dapat mennyebabkan kebencian, permusuhan dan pertentangan.

Menghindari Sikap Mengejek, Memperolok-olok dan Memandang Rendah Orang yang Berbicara

Allah Ta’ala berfirman

‎يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالأَلْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokan). (QS. Al-Hujurat [49]: 11).[]

Demikianlah artikel tentang adab berbicara ini. Anda juga dapat membaca artikel terkait adab dan akhlak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *