Aturan Bercanda dalam Islam

Dalam kehidupan sehari-hari, bercanda merupakan hal yang lumrah dilakukan untuk melepas penat dan memberi semangat. Namun, dalam Islam, terdapat aturan bercanda yang harus dipatuhi agar tidak melanggar norma agama dan adab. Para sahabat, ulama, bahkan para nabi pun bercanda, namun dengan beradab dan sesuai dengan ketentuan agama. Aturan-aturan ini penting untuk dipahami agar candaan tetap menghibur tanpa menimbulkan konflik atau kesalahpahaman yang tidak diinginkan. Yuk, simak aturan-aturan dalam bercanda yang harus dipahami dalam artikel ini!

Suatu hari, Imam asy-Sya’bi rahimahullah terlihat sedang bercanda. Seseorang  kemudian menegur beliau dan berkata, “Wahai Abu ‘Amr (kuniah beliau), apakah Anda bercanda?” Beliau kemudian menjawab, “Seandainya tidak seperti ini, kita akan mati karena bersedih.” (al-Adab asy-Syar’iyah

Ya, para ulama, para sahabat, bahkan para nabi pun bercanda, termasuk Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Namun, senda gurau atau candaan yang mereka lontarkan dikemas dengan baik, beradab, dan sesuai dengan norma-norma agama. Candaan yang benar-benar akan menyejukkan hati dan memberi semangat sebagaimana tujuan awal candaan tersebut. Bukan candaan yang dapat menyebabkan timbulnya bibit permusuhan, rasa sakit hati, permusuhan bahkan dendam yang tak berkesudahan. 

Meski dibolehkan, namun sebuah candaan mempunyai aturan-aturan yang harus dipatuhi. Di antaranya adalah:

Tidak Ada Dusta dalam Candaan 

Banyak orang yang dengan sesuka hatinya bercanda. Apapun dilakukannya demi menarik tawa mereka yang mendengarkannya. Bahkan, tak jarang isi candaan tersebut adalah dusta. Padahal, Islam telah melarang dusta, sekalipun bercanda. Karena, dusta  adalah pokok segala kejelekan dan cela.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Celakalah orang yang bercerita lalu berdusta untuk membuat tawa manusia, celakalah ia, celakalah ia.” (HR. Ahmad)

Bercanda pada Tempatnya

Tak selamanya bercanda boleh dilakukan di mana saja. Ada beberapa waktu dan kondisi yang membuat sebuah candaan tidak boleh dilakukan. Misalnya, saat sedang sedang menghadiri majelis ilmu, menghadiri sebuah sidang, dan sebagainya. Semua hal ini, selain menyalahi aturan agama juga menyalahi adab dan kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. 

Dalam melontarkan candaan pun, hendaknya melihat dengan siapa ia akan bercanda. Ketahuilah, bahwa tidak semua orang senang dengan candaan. Apalagi, bila candaan tersebut tidak tepat waktu. Alih-alih mengundang tawa, yang ada malah akan menimbulkan akibat yang buruk. Misalnya, terjadi perselisihan, permusuhan bahkan saling memutuskan hubungan pertemanan dan persaudaraan  Karenanya, perhatikan juga pada siapa candaan itu ditujukan.  

Tidak Berlebihan

Hendaknya dalam bercanda, semua dilakukan dalam batasan-batasan yang normal. Tidak berlebih-lebihan yang nantinya akan menimbulkan tawa yang terbahak-bahak bagi mereka yang mendengar candaan tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa banyak tertawa merupakan hal yang tidak disukai. Salah satunya karena banyak tertawa akan mengeraskan dan mematikan hati, menghilangkan wibawa, serta melalaikan diri dari mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda,“Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan hati.” (Shahih Sunan Ibnu Majah)

Tidak Menjadikan Agama sebagai Bahan Candaan

Saat ini, banyak orang yang senang bercanda dengan menjadikan agama sebagai bahan candaannya. Ketika ditanya,  mereka beralasan hanya bermain-main saja. Padahal, banyak larangan yang menyebutkan tercelanya menjadikan agama sebagai bahan candaan. Apalagi sebagai  seorang muslim, kita diperintahkan untuk senantiasa mengagungkan ajaran Islam. Lalu bagaimana mungkin bisa diterima akal, jika ada orang yang justru merendahkannya, sekalipun dengan alasan bercanda. Sungguh, perbuatan itu bisa menjatuhkan pelakunya dalam kemunafikan dan kekufuran.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab,”Sesungguhnya kami hanyalah bersendau gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu meminta maaf, karena engkau telah kafir sesudah beriman…” (Qs. At Taubah: 65-66).

Tidak Bercanda dengan Cara Menakut-nakuti

Seringkali kita lihat seseorang yang bercanda dengan cara menakut-nakuti orang lain. Entah dengan cara bersembunyi di kegelapan kemudian mengejutkan seseorang, mengenakan topeng seram,  menirukan suara-suara yang menakutkan, ataupun mengacungkan senjata atau benda tajam. 

Tak jarang, akibat canda yang seperti ini berakhir dengan fatal, bahkan bisa merenggut nyawa. Bukankah sering kita dengar kabar yang mengatakan bahwa sebuah nyawa melayang karena ada yang berpura-pura menodongkan senjata. Dikiranya, senjata tersebut tak berpeluru padahal berisi.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa   sallam  bersabda, “Janganlah salah seorang kalian menunjuk kepada saudaranya dengan senjata, karena dia tidak tahu, bisa jadi setan mencabut dari tangannya, lalu dia terjerumus ke dalam neraka.”(Muttafaqun ‘alaih)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Tidak halal bagi seorang muslim membuat takut muslim yang lain.”(HR Abu Dawud)

Tidak Bercanda dengan Aksi atau  Kata-Kata yang Buruk

Seringkali kita melihat orang-orang yang bercanda dengan aksi yang buruk. Misalnya, menarik kursi orang yang akan duduk, melempari temannya dengan sampah, dan sebagainya. Di lain tempat, ada yang bercanda dengan kata-kata yang buruk. Menghina, memfitnah ataupun panggil memanggil dengan julukan yang buruk. 

Kedua bentuk candaan tersebut, terkadang berakhir dengan pertengkaran bahkan perkelahian yang mengakibatkan permusuhan. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS Al-Isrâ:53).

Baca juga: Adab dan Etika Tertawa

Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam juga Bercanda

Sebagaimana disebutkan di atas, Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam juga bersenda gurau dan bercanda. Beliau pernah bercanda dengan para sahabat maupun dengan keluarga beliau. 

Rasulullah  Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercanda pada seorang laki-laki yang mendatanginya. Laki-laki tersebut berkata,  “Wahai Rasulullah, bawalah aku.” Maka beliau menjawab, “Kami akan membawamu di atas anak unta.” Laki-laki itu kemudian berkata, “Apa yang bisa aku lakukan dengan anak unta?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Bukankah unta yang melahirkan anak unta?” (HR Abu Dawud  dan at-Tirmidzi)

Tak lupa, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering  bercanda dengan istri-istrinya. Salah satunya dengan Aisyah Radhiyallahu ‘anha. Pada suatu hari, Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Aku tahu kapan engkau suka kepadaku dan kapan engkau marah kepadaku,” Aisyah kemudian bertanya,  “Darimana engkau tahu?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Kalau engkau suka kepadaku, engkau akan mengatakan, ‘Tidak, demi Rabb Muhammad,’ dan kalau engkau marah kepadaku, engkau akan mengatakan, “Tidak, demi Rabb Ibrahim”. Aisyah pun membenarkan hal tersebut. Aisyah menjawab, “Benar, demi Allah! Tidaklah aku menghindari melainkan namamu saja.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Demikianlah ajaran Islam yang telah sempurna ini. Semua telah dijelaskan dan mengatur kehidupan manusia agar selamat, tidak saja di dunia namun hingga di akhirat kelak. Semoga kita diberi kekuatan dan kemudahan untuk menjalankan kehidupan ini sesuai dengan pedoman yang telah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Wallahu a’lam bisshawab.[]

Yuk gabung di grup WhatsApp Sahabat Inspirasi