Ibnu Khaldun, seorang sarjana klasik terkenal dalam dunia Islam, menonjol karena karya tulisnya yang ikonik, Muqaddimah. Meskipun hanya memiliki satu karya utama selama hidupnya, Ibnu Khaldun menjadi terkenal dan dihormati oleh para ilmuwan Timur dan Barat.
Muqaddimah, yang juga dikenal sebagai Introduction, telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa asing dan dianggap sebagai salah satu karya terpenting dalam sejarah. Pendekatan modern Ibnu Khaldun dalam mempelajari sejarah dan masyarakat menjadikannya diakui sebagai sejarawan, filsuf, ekonom, dan sosiolog yang luar biasa. Artikel ini akan membahas perjalanan hidupnya, pengaruh politiknya, serta kontribusinya dalam dunia ilmu dan pendidikan.
Muqaddimah
Ibnu Taimiyah, Ibnul Jauzy, Ibnu Hazm, atau Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah barangkali contoh sederet sarjana muslim klasik terkemuka yang terkenal karena puluhan bahkan ratusan karya tulis yang telah mereka hasilkan.
Sepertinya sedikit sulit menemukan seorang sarjana klasik dengan satu karya saja tapi bisa membuat namanya disebut-sebut sepanjang masa, diabadikan menjadi nama sekolah, kampus, pusat penelitian,nama jalan, atau dijadikan bahan penelitian oleh para sarjana belakangan sampai dibuatkan monumennya.
Satu di antara sarjana itu adalah Abu Zaid Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun, yang lebih populer sebagai Ibnu Khaldun. Nama Ibnu Khaldun dipuja-puji oleh para ilmuwan Timur dan Barat karena tulisan pengantarnya untuk buku sejarah yang ia tulis, Al-‘Ibar.
Pengantar itu kita kenal dengan Muqaddimah (Introduction). Muqaddimah telah diterjemahkan dari bahasa Arab ke dalam 20 bahasa asing termasuk Korea, Urdu, Bulgaria, Catalan, Ibrani, dan Polandia. Dan perlu diketahui bahwa Al-‘Ibar (termasuk di dalamnya Muqaddimah) adalah satu-satunya buku yang pernah ditulis oleh Ibnu Khaldun selama hidupnya.
Al-‘Ibar aslinya berjudul Kitab Al-‘Ibar wa Diwan Al-Mubtada’ wa Al-Khabar fi Ayyam wa Al-Ajam wa Al-Barbar wa man ‘Asharahum min Dzawi Al-Sulthan Al-Akbar (Kitab Contoh-contoh dan Catatan Periwayatan dan Prinsip-prinsipnya tentang Bangsa Arab dan Asing Persia dan Barbar, dan Bangsa-bangsa dengan Kekuatan Besar yang Sezaman dengan Mereka).
Kitab sejarah ini berjumlah tujuh jilid. Jilid pertama dari kitab ini, yakni ‘Muqaddimah’ mendapat banyak penghargaan dari para sarjana dunia. Berkat karyanya itu, orang-orang Barat membandingkan Ibnu Khaldun dengan sejumlah tokoh mereka yang berpengaruh dalam sejarah semisal sejarawan kuno Thucydides (w.400 SM), Machiavelli (w.1527), Adam Smith (w.1790), Hegel (w.1831), Comte (w.1857), Emile Durkheim (w.1917), Max Weber (w.1920), sampai sejarawan mazhab Annales Marc Bloch (w.1944) dan Fernand Braudel (w.1985).
Popularitas Ibnu Khaldun bersebab pendekatan yang sangat modern atas studi tentang sejarah dan masyarakat yang ia tuangkan dalam Muqaddimah. Bukan tanpa alasan jika ia dinominasikan sebagai salah satu ahli teori sosial di dunia pra industri, bahkan disebut sebagai ilmuwan sosial hebat yang melampaui zamannya. Berkat Muqaddimah, orang-orang mengakuinya sebagai sejarawan, filsuf, ekonom, dan sosiolog sekaligus.
Ibnu Khaldun Sebagai Politikus
Ibnu Khaldun lahir tahun 1332 M, masa-masa pasukan Mongol masih menguasai sebagian wilayah Islam. Sementara di Barat, satu persatu kota-kota Islam di Andalusia jatuh ke tangan Kerajaan Kristen. Termasuk Sevilla, negeri di mana leluhur beliau pernah sangat dihormati di sana. Ketika Sevilla jatuh ke pihak Kristen pada 1248, keluarga Khaldun pindah ke Tunisia, Afrika Utara. Di negeri inilah beliau lahir. Namun, meski telah hijrah ke Afrika Utara, keluarga Khaldun tetap memegang jabatan penting di pemerintahan Bani Hafs di Afrika Utara.
Abad 14 M (Abad 8 H) merupakan masa transisi di seluruh dunia. Perubahan dan transisi ke arah kemunduran di dunia Arab, dan awal kebangkitan di Barat. Tidak sedikit ulama dan sastrawan besar Andalusia yang pindah ke Tunisia sehingga menjadikan negeri tersebut sebagai pusat keilmuan dan peradaban. Ibnu Khaldun banyak belajar dari mereka. Hidup di dekat ulama dan keluarga yang menjadi pejabat membuat ia memiliki minat yang besar terhadap ilmu pengetahuan dan jabatan.
Pada 1348-1349 muncul wabah pes mengerikan yang melanda dunia Eropa dan sebagian dunia Islam yang dikenal dengan Maut Hitam (Black Death). Wabah ini mencapai Tunisia dan menelan banyak korban di sana, termasuk kedua orang tua Ibnu Khaldun. Banyak ulama meninggal sebab epidemi mematikan tersebut.
Ibnu Khaldun, yang saat itu berusia 18 tahun merasa sedih. Terlebih gurunya yang sangat ia teladani dan memberinya banyak ilmu, Syaikh Al-Abili ikut meninggalkan Tunisia menuju Fez. Hal itu menyebabkan ia untuk sementara waktu meninggalkan dunia keilmuan. Di usia 20 tahun ia diangkat menjadi sekretaris Sultan Abu Ishaq bin Abu Yahya Al-Hafsi. Itulah pertama kali ia menjejali dunia politik dan pemerintahan.
Ibnu Khaldun hidup dalam gejolak politik yang luar biasa, baik ketika di Andalusia maupun di Afrika Utara. Sebagian besar hidupnya, selama tiga puluh tahun, ia menjelajahi kehidupan politik di beberapa negara-kota, berpindah dari satu raja ke raja berikutnya, menjabat sebagai menteri tingkat tinggi, sekretaris, administrator, duta besar, atau penasihat untuk para penguasa di Tunisia, Fez, Bejaia (Bougie), Tlemcen, dan Granada.
Selama itu, Ibnu Khaldun selalu berada di pihak yang kalah, dan pernah dua kali dijebloskan ke dalam penjara. Hal itu membuatnya keluar dari kehidupan politik dan istana.
Kembali ke Dunia Ilmu dan Pendidikan
Pasca keluar dari lingkaran istana, Ibnu Khaldun pergi berhaji ke Mekkah dan tak pernah lagi kembali ke Afrika Utara. Bisa dikatakan ia merasa muak dengan kehidupan istana sehingga ia menalaknya. Ia memilih Kairo untuk menghabiskan sisa usianya. Di sana ia menjabat sebagai guru besar juga kepala hakim di pemerintahan Mamluk.
Ibnu Khaldun memulai menyusun Al-‘Ibar pada 1377 dan baru selesai empat tahun kemudian. Buku tersebut lalu ia dedikasikan untuk penguasa Bani Hafs bernama Abul Abbas. Ketika Prancis menjajah Afrika Utara pada abad 19, menteri perang Prancis memerintahkan penerjemahan bagian dari buku Kitab Al-‘Ibar yang membahas Afrika Utara guna tujuan kolonialisme. Dan bisa dikatakan, berkat para orientalis, kitab Ibnu Khaldun beredar luas.[]
Demikianlah artikel tentang Ibnu Khaldun ini. Anda juga dapat membaca artikel lainnya tentang sejarah islam.
Referensi:
- Ibnu Khaldun, Muqaddimah
- Chase F. Robinson, Islamic Civilization in Thirty Lives The First 1000Years (terj.)
- Azyumardi Azra, Historiografi Islam Kontemporer