LAZISWahdah.com – Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan berbagai kenikmatan kepada manusia yang tak terbatas. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kenikmatan akal, kesehatan, harta kekayaan, keluarga dan lainnya. Termasuk sarana yang membuat kita bisa bertahan hidup berupa matahari, langit, bumi dan semua ciptaan-Nya sebagai sarana kehidupan bagi kita. Semua itu tak mampu untuk kita perinci dan hitung;
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidak akan mampu menghitungnya.” (Terjemahan QS. An-Nahl:18)
Tetapi semua kenikmatan tersebut akan berakhir seiring dengan kehidupan kita yang singkat. Adapun satu-satunya nikmat yang akan memberikan kita kebahagiaan dan ketenangan di dunia dan akhirat kelak, adalah nikmat hidayah Islam. Inilah nikmat terbesar yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya di antara nikmat-nikmat lainnya.
Karena itu, Allah menegaskan bahwa nikmat hidayah dari-Nya adalah nikmat paling utama dari nikmat-nikmat lainnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Aku ridhai Islam sebagai aturan hidupmu (Terjemahan QS. Al-Maaidah:3)
“Barangsiapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.” (Terjemahan QS. Al-An’aam: 125)
“Maka apakah orang-orang yang dibukakan hatinya oleh Allah untuk (menerima) agama Islam lalu dia mendapat cahaya dari Rabb-nya (sama dengan orang yang hatinya membatu)? Maka celakalah mereka yang hatinya telah membatu untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (Terjemahan QS. Az-Zumar: 22)
Betapa besar nikmat Allah atas manusia ketika Dia mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya Islam dan menunjukkannya kepada agama yang diridhai-Nya. Itu semua untuk menggapai tujuan utama penciptaan manusia, yaitu menyembah Allah. Karena itu manusia akan meraih kebahagiaan di dunia dan pahala yang baik di akhirat kelak.
Hanya Islam yang Diridhai Allah
Islam adalah satu satunya Agama (Dien) yang diridhoi Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam…” (Terjemahan QS. Ali Imran 19)
Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(Terjemahan QS. Ali Imran 85)
Berbahagialah manusia yang hatinya dimudahkan oleh Allah untuk menerima Islam, karena berarti mereka adalah termasuk orang yang mendapatkan petunjuk dari Allah
“Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (Terjemahan QS. Al an’aam :125)
Mensyukuri Nikmat Hidayah
Jika setiap muslim niscaya meyakini bahwasanya karunia Allah Azza wa Jalla yang terbesar di dunia ini adalah agama Islam maka ia akan senantiasa bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberinya petunjuk ke dalam Islam dan mengikuti ajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nikmat ini harus disyukuri agar tetap teguh dan kuat, sebagaimana firman-Nya,
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu.” (Terjemahan QS. Ibrahim: 7)
Wajib bagi kita bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla dengan cara melaksanakan kewajiban terhadap-Nya. Setiap muslim wajib bersyukur atas nikmat Islam yang telah diberikan Allah Azza wa Jalla kepadanya. Jika seseorang yang tidak melaksanakan kewajibannya kepada orang lain yang telah memberikan sesuatu yang sangat berharga baginya, maka ia adalah orang yang tidak tahu berterima kasih. Demikian juga jika manusia tidak melaksanakan kewajibannya kepada Allah Azza wa Jalla, maka dia adalah manusia yang paling tidak tahu berterima kasih.
“Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” (Terjemahan QS. Al-Baqarah: 152)
Bukti terima kasih kita yang paling baik adalah dengan beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla secara ikhlas, mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, menjauhkan segala bentuk kesyirikan, ittiba’ (mengikuti) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam serta taat kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang dengan hal itu kita menjadi muslim yang benar.
Oleh karena itu, agar menjadi seorang muslim yang benar, kita harus menuntut ilmu syar’i.
Ilmu syar’i akan mengantarkan kita pada pemahaman dan pengamalan Islam secara benar. Seorang muslim tidaklah cukup hanya dengan menyatakan ke-Islamannya tanpa memahami dan mengamalkannya. Pernyataannya itu haruslah dibuktikan dengan melaksanakan konsekuensi dari Islam. Islam yang diamalkan secara menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan.
Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk terus belajar ilmu syari’i. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ.
“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
…مَنْ سَلَكَ طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيْقًا إِلَى الْجَنَّةِ.
“…Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan dirinya dengannya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim)
Semoga Allah Ta’ala meneguhkan kita dalam Islam dan kita mati dalam keadaan berserah diri kepada-Nya. []
Alhamdulillahilladzi bini’mati tatimmus shalihaat. 327/6I
Maa Syaa Allah. .
200